MGMH 45

82.1K 9.3K 1.1K
                                    

Hai, aku up lagi nih...

Bagaimana dengan chapter 44?

Terimakasih atas vote nya...

{HAPPY READING}

🌹🌹🌹

Jam 06:00 Gus Maulana baru saja selesaimembersihkan tubuhnya. Hari ini adalah hari dimana ia akan menjalankan hukumannya, hukuman yang tidak pernah ia perbuat, dihukum karena dijebak.

Setelah selesai mengenakan pakaian, Gus Maulana pun duduk di tepi kasur sambil memegang foto pernikahannya bersama Nazwa.

Helaan napas terdengar begitu berat. Aakah nanti ia masih bisa bertemu dengan istrinya? Apakah nanti ia bisa menyambut anaknya lahir? Entahlah, pertanyaan itu sudah ada sejak tadi malam.

Hukuman cambuk seratus kali bukan main-main. Satu kali cambukan saja sudah luar biasa sakitnya, apalagi sampai seratus. Dan Gus Maulana lebih memilih hukuman ini daripada harus menikahi perempuan itu, dan menyakiti hati istrinya.

Karena ia telah berjanji kepada Nazwa, bahwa hanya akan ada satu surga di dalam rumah tangga mereka. Jadi Gus Maulana lebih merelakan nyawanya daripada harus melihat istrinya tersakiti.

"Maafin Mas, sayang," lirih Gus Maulana.

Setetes air mata pun membasahi pipi tirus nya. Sebenarnya Gus Maulana tidak makan dari kemarin, ia hanya makan sate saat dirumah mertuanya, itupun atas paksaan sang istri.

Gus Maulana terlalu sibuk untuk mencari bukti itu, sampai ia melupakan bahwa tubuhnya pun lelah. Saat ini Gus Maulana tengah menyiapkan dirinya untuk menghadapi hukuman nanti.

Tadi malam sudah diumumkan, bahwa santri dan santriwati diminta berkumpul dilapangan untuk menyaksikan hukuman Gus Maulana maupun Diana.

Jika kalian berpikir hanya Gus Maulana yang mendapat hukuman, jawabannya tidak. Diana pun juga ikut dihukum, karena ia juga terkait dalam kasus ini.

Drrtt...

Gus Maulana menoleh ke arah handphonenya yang bergetar, saat ia melihat nama Ummi Latifah yang menelpon, ia pun langsung menjawab panggilan itu.

"Assalamu'alaikum Ummi," ucap Gus Maulana.

"Wa'alaikumussalam warohmatuloh," jawab Ummi Latifah dengan suara serak, seperti habis menangis.

"Ummi kenapa?" tanya Gus Maulana khawatir.

"Nak... Kenapa kamu gak bilang sama Ummi?" tanya Ummi yang masih menahan isakannya.

"Ummi, maafin Lana. Lana gak mau buat Ummi sedih," sesal Gus Maulana.

"Justru kalau kamu gak bilang, kamu semakin membuat Ummi sedih, Nak," tutur Ummi Latifah.

"Kamu bisa kesini?" tanya Ummi Latifah.

"Bisa Ummi."

"Yasudah, kamu kesini ya," pinta Ummi Latifah.

"Iya Ummi, Lana tutup telponnya, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam warohmatuloh," jawab Ummi Latifah.

Setelah mendengar jawaban salam dari Ummi Latifah, Gus Maulana pun langsung mematikan sambungan teleponnya. Gus Maulana meletakkan ponselnya di atas nakas samping tempat tidur.

Setelah itu ia pun mengusap wajahnya gusar, ia semakin dibuat merasa bersalah kepada Ummi nya. Jika Ummi Latifah saja akan sesedih ini saat mengetahui ia akan menjalani hukuman cambuk, bagaimana dengan istrinya nanti?

My Gus My Husband [TERBIT]Where stories live. Discover now