MGMH 17

192K 17.1K 1.9K
                                    

Hai pren up lagi nih. Sorry telat up, padahal tadi aku bilang di grup jam 8 sekarang udah jam setengah sembilan🙂

Ternyata nyampein 700 vote sampe 2 hari ya😌.

Padahal yang baca 2k lebih, kenapa pada susah banget sih ngevote pren, jangan pelit² ya.

Cuma mau ngasih tau, mungkin beberapa hari kedepan aku gak up dulu, soalnya banyak banget kegiatan.

Malam ini juga gak ada double up pren, maaf yaa.

Chapter ini juga gak terlalu panjang banget, soalnya belum selesai di tulis, kalau ada yang typo bantu benerin ya...

Aku up kalau udah nembus target pren..

Jangan lupa, follow, vote, komen!!!.

{HAPPY READING}

🌹🌹🌹

Jam 01:00, Nazwa terbangun dari tidurnya. Ia merasakan perutnya sangat sakit, jika hari pertama haidh, Nazwa memang seperti itu. Tapi entah kenapa, perutnya sakit selalu di tengah malam.

Perlahan, Nazwa memindahkan kepala Gus Maulana ke bantal. Setelah itu, Nazwa pun pergi menuju dapur untuk merebus air. Setelah air mendidih, ia pun memindahkan air tersebut kedalam botol. Setelah itu Nazwa pun duduk di kursi meja makan, ia pun mengompres perutnya.

Sedangkan didalam kamar, Gus Maulana terbangun karena merasakan Nazwa tak ada disampingnya. Gus Maulana pun membuka matanya, ia mencari keberadaan sang istri.

Merasa Nazwa tak ada di dalam kamar, Gus Maulana pun segera keluar untuk mencari keberadaan sang istri.

Saat diujung tangga, ia melihat Nazwa yang sedang duduk bersandar sambil mengompres perutnya. Gus Maulana pun segera menghampiri sang istri, "sayang," panggilnya.

Nazwa pun menoleh kearah sumber suara, "loh By, kok bangun?" tanya Nazwa.

"Aku kebangun, kamu kenapa?" tanya Gus Maulana.

"Gak papa kok, cuma sakit perut aja. Soalnya kan baru hari pertama haidh," ucap Nazwa seraya tersenyum manis.

"Kita ke kamar aja ya, nanti aku elusin perutnya," ucap Gus Maulana. Nazwa pun hanya menganggukkan kepalanya, Gus Maulana pun membantu Nazwa untuk ke kamar.

Entah kenapa, haidh kali ini sangat menyiksa Nazwa. Perutnya terasa sangat sakit, bahkan untuk berjalan pun rasanya tidak kuat. Saat sampai di kamar, Gus Maulana menuntun sang istri untuk merebahkan dirinya ke kasur.

"Bentar ya, aku ambilin minyak kayu putih dulu," ujar Gus Maulana. Nazwa hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Setelah dapat, Gus Maulana pun kembali ke kasur. Perlahan, ia angkat sedikit baju piyama Nazwa, lalu ia tuangkan minyak kayu putih itu ke perut sang istri.

Nazwa pun menikmati usapan lembut sang suami, perlahan nyeri di perutnya pun berkurang.

"Masih sakit?" tanya Gus Maulana.

"Udah mendingan, makasih ya," ucap Nazwa seraya tersenyum manis, Gus Maulana yang melihat istrinya tersenyum pun ikut tersenyum.

"Yaudah, bobo lagi ya, sambil aku elusin perutnya," ucap Gus Maulana. Nazwa pun merubah posisi tidurnya menjadi membelakangi Gus Maulana.

Perlahan, matanya pun tertutup karena usapan lembut sang suami pada perutnya. Gus Maulana yang melihat Nazwa tertidur pun tersenyum tipis.

Ia pun menurunkan kembali baju Nazwa, "jangan sakit lagi ya perut! Kesian istri aku gak bisa tidur," ucapnya pelan. Setelah itu ia pun merebahkan dirinya dan memeluk Nazwa dari belakang.

My Gus My Husband [TERBIT]Where stories live. Discover now