MGMH 49

117K 9.4K 512
                                    

Hai, apa kabar?

Up lagi nih. Maaf ya kemarin gak aktif wattpad karena sibuk banget.

Hari ini jadi kok double up, tapi nanti siang di up nya.

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya.

Bantu tandai yang typo juga ygy...

{HAPPY READING}

🌹🌹🌹

Saat Nazwa baru saja keluar dari ndalem, ia melihat tiga mobil polisi yang baru saja keluar dari pekarangan Pesantren. Di belakang mobil polisi juga ia melihat mobil sang Ayah yang mengikuti mereka, Nazwa mencoba menenangkan dirinya sebelum melangkah menuju rumahnya.

Setelah ia merasa sedikit tenang, Nazwa pun berjalan untuk pulang. Ditengah perjalanan menuju rumahnya, banyak santriwati yang menyapa Nazwa dengan sapaan baik. Nazwa pun membalas sapaan mereka, tapi saat melihat Nayla dan Nabila dari kejauhan, Nazwa langsung mempercepat langkahnya.

Nayla dan Nabila yang melihat itu pun hanya terdiam, apakah Nazwa sudah tidak percaya dengan mereka juga, apa Nazwa juga kecewa dengan mereka, bahkan sekedar melihat pun Nazwa enggan.

Saat Nazwa sampai di rumahnya, ia langsung masuk dan mengunci pintunya. Setelah itu Nazwa pun duduk di sofa ruang tamu, ia melihat sekitar ruangan itu, tidak ada yang berbeda setelah ia diminta untuk pulang ke rumah kedua orang tuanya.

Nazwa pun berdiri dan melangkah ke kamarnya, saat ia sudah di depan kamar entah kenapa hatinya tiba-tiba berdenyut nyeri. Perlahan Nazwa pun membuka pintu kamarnya, setelah itu ia pun masuk kedalam kamar.

Setelah ia masuk, Nazwa melihat foto dirinya dan sang suami yang terletak di atas bantal yang biasa dipakai suaminya. Nazwa pun mulai melangkah ke sisi kasur, lalu ia mengambil fotonya itu dan mengusapnya.

"Nazwa kangen sama Mas," gumam pelan Nazwa.

"Nazwa udah tau siapa yang fitnah Mas, Nazwa juga udah tau siapa dalang dari semua ini. Nazwa mohon bertahan demi anak kita ya Mas, Nazwa juga masih butuh bimbingan Mas," ujar Nazwa lagi dengan suara yang mulai serak karena menahan tangisnya.

Tangannya pun bergerak mengusap lembut perutnya yang masih rata, "do'ain Abi ya Nak, semoga Abi bisa bertahan, dan kita bisa sama-sama setelah kamu lahir."

"Ummah gak mau apa-apa, Ummah cuma mau Abi kamu selamat dan kamu juga baik-baik di dalam sana. Bilang sama Abi buat bertahan ya, bilang juga sama Abi, kalau Ummah nunggu Abi disini," ucap Nazwa dengan tersenyum getir.

Tak terasa air matanya pun menetes membasahi fotonya dan sang suami, lagi-lagi ia teringat saat kejadian tadi pagi, dimana ia melihat dengan mata kepalanya sendiri suaminya dicambuk didepan orang banyak karena satu fitnah.

Nazwa juga masih tidak menyangka bahwa Atikah lah yang merencanakan ini semua, sahabatnya sendiri. Sahabat yang selalu ada untuknya, dan selalu menghiburnya saat ia sedih. Tapi sekarang, ia bukanlah sahabat yang baik untuknya.

Apa Nazwa masih bisa mempercayai Nayla dan Nabila? Sungguh Nazwa masih mencoba untuk percaya kepada mereka berdua, Nazwa meyakinkan kepada dirinya sendiri bahwa Nayla dan Nabila tidak seperti itu.

Tapi kejadian yang baru saja ja alami, membuatnya semakin tidak percaya lagi yang namanya sahabat. Untuk sekarang atau selamanya, tapi ia berjanji untuk bisa mempercayai Nayla dan Nabila kembali, setelah semua trauma nya hilang.

"Maafin Nazwa Mas, Nazwa bukannya benci atau suudzon sama mereka. Tapi Nazwa masih trauma, Nazwa juga belum yakin bisa percaya lagi sama mereka berdua setelah salah satunya mengkhianati persahabatan kami," ujar Nazwa sambil meremas dadanya yang terasa sesak.

My Gus My Husband [TERBIT]Where stories live. Discover now