Bagian 1

1.6K 80 13
                                    

01

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

01. Anxiety

"Bangun! Jadi anak cuma bisa tidur aja!" Ibu dari seorang pemuda bernama Auberron Cakrawala Semesta membangunkan anaknya secara kasar dengan pukulan sapu dan teriakan yang sangat menggelegar di pagi hari.

Auberron menyesuaikan pupil matanya terhadap sinar matahari yang masuk ke dalam kamarnya. Kamar? Sebutan itu sungguh tak layak di tempat yang penuh barang bekas, tiada kasur, bantal, ataupun selimut.

"Cepat mandi dan berangkat sekolah! Jangan lupa, jika lihat saya di jalan, jangan panggil saya sebagai ibu kamu!" Yap, setiap hari peringatan tetap sama. Jangan menganggap mereka saling mengenal.
Ada satu peringatan lagi.

"Jangan lupa buat urusin dua anak kesayangan saya." Yang dimaksud dua anak kesayangan adalah kedua adik kembar Auberron, Evan dan Ewan.

Auberron mengangguk dan segera mengambil seragam putih abu-abu miliknya yang digantung di gantungan baju.

-A U B E R R O N-

Auberron keluar dan segera membangunkan kedua adiknya. Saat sedang berjalan ke arah kamar adiknya, ayah Auberron memandang dengan tatapan bengis.

"Mau apa kamu?!" tanya dengan nada keras ayah Auberron. Ah, tidak, ayah tiri maksudnya.

"Membangunkan Evan dan Ewan," jawab Auberron dengan nada ketakutan.

"Tak perlu! Saya yang akan membangunkan mereka dengan kasih sayang saya." Entah sengaja atau tidak, Mario-ayah tiri Auberron menatap dengan tatapan merendahkan serta ucapan yang menekankan bahwa ia mencintai kedua anak kandungnya.

Auberron yang berusia tujuh belas tahun dan mental yang terganggu sangat bingung dengan tatapan itu. Auberron memang sekolah, namun ... ada kejadian yang tidak mengenakan bagi Auberron.

-A U B E R R O N-

Saya salah apa?

Apa itu keluarga?

Inikah keluarga? Saling merendahkan dan menyakiti?

Tuhan ... bolehkah aku menyerah?

Aku rapuh, bolehkah aku luruh?

Perjalanan menuju sekolah menjadi waktu Auberron merenungkan nasibnya. Apakah hidup ini adil? Apa Tuhan itu adil? Auberron berjalan di trotoar tanpa melihat keadaan sekitar dan tatapan yang hampa.

-A U B E R R O N-

"Woy! Beban keluarga udah dateng nih," sarkas teman Auberron. Teman? Auberron tak memiliki teman. Lantas, yang memaki Auberron tadi disebut apa?

"Udah beban keluarga, gila lagi," kata yang lainnya. Sebenarnya, Auberron bukan orang gila. Dia hanya salah satu pengidap mental illness bukan berarti dia gila.

Banyak orang masih menganggap bahwa orang yang memiliki gangguan jiwa itu adalah orang gila. Auberron pengidap penyakit mental yang sering disebut anxiety. Anxiety adalah gangguan jiwa pada seseorang yang menyerang emosi kecemasan. Pengidap anxiety akan tiba-tiba cemas jika mengingat sesuatu. Atau pun ingatan yang tak diminta terulang dalam pikir, akan terulang dengan sendirinya.

Auberron hanya menunduk tak berani melihat orang-orang yang melihatnya secara jelas bahwa mereka membenci dirinya.

-A U B E R R O N-

Ternyata, menjadi orang yang tak pandai bersosialisasi seperti ini. Tak punya teman. Saat akan duduk di kursi perpustakaan, Auberron menabrak seorang gadis.

Auberron menunduk dan berkata, "Maaf, saya tadi tidak sengaja," ucapnya menggunakan kosa kata formal.

"Tidak masalah." Sejenak gadis itu menatap wajah Auberron. Wajah penuh memar kebiruan yang tidak hanya di wajah namun ada di tangannya juga. Apa ia korban kekerasan?

"Boleh ku tahu namamu?" tanya gadis itu.

Auberron memainkan jari jemarinya. Kecemasan itu mulai mengambil alih emosinya. "Tuhan ... bantu aku," batin Auberron. Seorang gadis tadi mengamati Auberron ada yang tidak beres dengan Auberron.

Gadis bernama Mia tadi melihat badge nama yang tertempel di bagian kiri baju putih Auberron. "Auberron," gumamnya lirih.

"Auberron," panggil Mia.

Auberron menahan kecemasan dan ketakutannya. "Auberron?" Mia menggoncangkan tubuh Auberron guna menyadarkan Auberron dari pejaman matanya. Mia kira, Auberron orang aneh.

"Lihat si gila kumat lagi."

"Hahahaha."

Cacian dilontarkan orang lain yang ada di perpustakaan. Mia mendengar kata gila membuat ia sadar bahwa Auberron mungkin mempunyai trauma.

Mia pikir, Auberron trauma terhadap perempuan.

"Auberron?" Auberron membuka matanya kembali setelah tenang. "Ya ada apa?" Auberron balik bertanya, karena ia tak mendengar siapa pun yang berbicara saat ia memejamkan mata.

"Kamu kenapa?"

"Tidak apa-apa, hanya masalah kecil." Masalah kecil? Auberron hebat menyembunyikan penyakitnya. Auberron hebat menyembunyikan ketakutannya.

"Kamu takut sama aku?" tanya Mia.

"Tidak, tadi hanya ada kesalahan kontrol emosi saja."

"Kamu temperamental?"

"Tidak hanya kecemasan dan ketakutan saja. Bukan hal yang buruk." Mia hanya mengangguk saja.

"Perkenalkan namaku Mia." Mia mengulurkan tangannya. "Saya Auberron," jawab Auberron seraya menjabat tangan Mia.

"Kamu sakit?"

Bersambung ....

Votenya dong kaka ^_^

👇Jangan lupa pencet bintangnya ⭐

AuberronWhere stories live. Discover now