Bagian 20

452 23 12
                                    

Guru homeschooling Auberron sudah datang, dia perempuan cantik dan terlihat sangat berwibawa.

“Auberron, dia sekarang adalah gurumu. Panggil dia, Miss Lisa,” ucap Devan dengan memegang kedua bahu kecil Auberron.

Auberron menatap takut guru barunya itu. Lipstik merah, alis menukik bak pemeran antagonis, dan mata yang nenatapnya tajam.

“Tolong ajari dia dengan baik, jangan paksa dia bila dia kelelahan atau kau yang akan kehilangan nyawamu,” tutur Auberron.

Miss Lisa tersenyum dan mengangguk. “Baik Tuan, tidak perlu khawatir.” Devan berlalu dari ruangan tersebut. Auberron sedikit takut dengan perempuan tersebut.

“Sekarang keluarkan bukumu dan alat tulismu,” titah Lisa. Auberron pun mengeluarkan buku dan alat tulis.

“Kita akan mempelajari matematika wajib untuk kelas sebelas. Kau akan belajar pelajaran kelas sebelas karena usiamu sudah menginjak enam belas tahun.”

Auberron hanya mengangguk dan mulai memahami pelajaran yang sedang diajarkan oleh Lisa. “Bagaimana paham yang saya ajarkan 'kan?”

“Paham, Miss,” jawab Auberron. Lisa hanya tersenyum tipis. Auberron menatap Lisa tersenyum pun ikut tersenyum.

“Setelah itu, kita belajar Fisika.” Auberron ingin mati rasanya, semua pelajaran yang diajarkan berisi angka-angka rumit.

“Emm, Miss. Bisa kita ganti pelajaran yang tidak berisi angka-angka? Mungkin kita akan belajar Biologi.”

“Memangnya mengapa?” tanya Lisa.

“Otakku berat sebelah, entah mengapa. Mungkin otak kiriku terbebani,” ucap Auberron. Lisa terkekeh dengan alasan konyol yang diucapkan Auberron.

“Baiklah, kita ganti dengan pelajaran Biologi,” putus Lisa yang dihadiahi senyum sumringah Auberron. Ternyata Lisa tak seburuk yang ada di pikiran Auberron. Auberron merasa bersalah telah menilai orang dari tampilannya.

Auberron belajar dengan senang hati. Jam pelajaran pun selesai, Auberron salim kepada Miss Lisa sebagai bentuk penghormatannya kepada seorang guru. Lisa pergi untuk pulang ke rumahnya.

***

“Huh lelahnya,” ucap Lisa setelah sampai rumahnya. Tak lama, ponselnya berdering kencang.

“Halo,” katanya.

“Bagaimana awal rencana kita? Berhasil?” tanya orang diseberang sana.

“Hmm, lancar.”

“Bagus, kita harus lanjutin rencana ini. Jangan sampai gagal, atau lo akan kehilangan orang paling berharga dihidup lo!”

Ya, ya, ya. Gue istirahat dulu. Bye.” Sambungan telepon dimatikan sepihak oleh Lisa. Lisa memijat pelipisnya karena masalah yang bertubi-tubi menyerang hidupnya.

***

“Kakak,” ucap Auberron kala Andrew datang menghampirinya. “Iya? Ada apa?” tanya Andrew.

“Aku tadi sudah mulai belajar, gurunya menyenangkan. Penjelasannya mudah dipahami.” Auberron laporan kepada kakaknya itu.

“Syukurlah, kau harus belajar yang rajin. Supaya bisa menjadi anak pintar dan menjadi penerus Daddy,” tutur Andrew. Auberron hanya mengangguk saja sembari memeluk lengan kakaknya.

“Auberron lihat Abang bawa apa?” tanya Arthur saat tiba di ruang tempat Auberron dan Andrew berada.

Andrew hanya memandang julid kakak sulungnya itu, katanya Arthur tak akan terpikat pada Auberron, tetapi lihat sekarang. Bahkan sekarang dia memanjakan Auberron.

Hari sudah sore, keluarga kecil itu sudah berkumpul semua dengan formasi lengkap. Dengan Auberron melihat tayangan kartun di televisi dan memakan es krim yang dibelikan Arthur.

Sedangkan anggota keluarga yang lain, hanya memandangi Auberron dengan tatapan ingin memakan pipi Auberron yang sudah mulai berisi.

“Bagaimana belajarnya tadi, Son?” tanya Devan.

“Lancar, Dad. Miss Lisa juga baik banget. Cara mengajarnya juga mudah dipahami,” jawab Auberron. Devan mengusap surai Auberron dan waktu pun sudah menunjukkan malam. Mereka ke kamar masing-masing untuk istirahat.

Bersambung ...

psstt, ppdb marai mumet, ygy

AuberronWhere stories live. Discover now