Bagian 14

428 23 4
                                    

14

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

14. Kembali ke Rumah

“Lo nggak mau ngungkapin perasaan lo ke Mia?” tanya Rahman ke Auberron. Auberron sudah bercerita ke Auberron tentang perasaan sukanya kepada Mia.

“Memangnya saya pantas?” Auberron bertanya balik. Rahman yang melihat itu terlihat bingung. Bukankah menyukai seseorang tak perlu memandang pantas atau tidaknya? Bukankah kita tak bisa memilih kepada siapa kita melabuhkan hati?

“Kenapa lo bilang gitu? Lo minder?” tanya Rahman lagi.

“Saya itu banyak kekurangan. Anak yang saat ini tinggal di panti asuhan. Tanpa kasih sayang dari orang tua. Bagaimana saya tidak minder?”

“Nggak perlu minder. Ungkapin apa aja yang dirasain sama hati lo. Urusan hasil, lihat nanti aja.”

“Baiklah kalau begitu. Saya pamit pulang dulu. Kamu pulangnya hati-hati ya!” ucap Auberron.

“Serasa diperhatiin sama ayang.” Rahman memasang wajah menggelikan.

-A U B E R R O N-

“Apa aku pulang ke rumah lama ya. Kangen juga sama Mama, apa Mama juga kangen sama aku?” tanya Auberron pada dirinya sendiri.

“Udahlah, aku pulang aja ke rumah. Sekalian ambil barang yang ketinggalan.”

Auberron menunggu angkutan umum yang lewat, setelah dapat, ia segera naik dan menuju rumah lamanya.

“Ini uangnya, Pak,” ucap Auberron. Uang diterima oleh supir angkot dan ia segera berjalan untuk menempuh sisa perjalanan.

Akhirnya ia sampai, ia mengetuk pintu dan mendapati ibunya tengah memandang sinis padanya.

“Kenapa pulang lagi?” tanya ibunya.

“Aku kangen sama, Mama. Boleh aku peluk, Mama?” tanya Auberron. Ibunya tambah memandang tak suka. Apa-apaan ini, anak tak berguna ini mau memeluknya?! Sungguh, tak dapat ia biarkan.

“Jangan mendekati istri saya!” Mario menginterupsi Auberron agar tak mendekati istrinya.

“Bukankah saya sudah mengusir kamu?! Kenapa balik ke sini lagi? Mau diusir secara kasar?!” ucap Mario dengan nada yang keras.

“Saya hanya ingin mengambil barang yang tertinggal dan saya merindukan ibu saya. Apa ada yang salah?”

“Masih bertanya apa kesalahanmu?” tanya Mario. “Salah kamu itu kenapa kembali ke rumah saya setelah saya mengusir kamu!” Auberron menunduk tak sanggup melihat hal yang terjadi.

Evan yang baru pulang dari perkumpulan OSIS sekolahnya pun meradang karena kakaknya dibentak dan dimarah oleh ayah dan ibunya. Ada salah apa kakaknya sampai dimarah seperti itu. Benak Evan bertanya seperti itu.

Stop, Yah! Kenapa Ayah membentak kakak? Dia salah apa?” tanya Evan. Tak menunggu jawaban yang akan diucapkan oleh ayah atau ibunya, Evan langsung mencerca Auberron dengan pertanyaan.

“Kakak, kakak selama ini kemana saja? Apa kau baik-baik saja? Tinggal dimana sekarang?”

“Kakak tinggal di panti, Evan. Kau tenang saja, kakak baik-baik saja.”

“Evan, kakakmu itu tidak tahu diri. Dia sudah Ayah usir tetapi dia kembali ke rumah ini dengan alasan ada barang yang tertinggal.”

“Kenapa Ayah mengusir kakak? Ada apa, Yah?” tanya Evan dengan raut wajah bingung.

Itu semua karena gue.”

Bersambung ...

AuberronDove le storie prendono vita. Scoprilo ora