Bagian 15

472 30 8
                                    

15

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

15. Inilah Akhir

Itu semua karena gue.” Ewan berucap dengan tenangnya. Evan yang penasaran langsung bertanya, apa yang dilakukan oleh saudara kembarnya itu?

“Apa yang lo lakuin, Wan?” Evan menatap bingung Ewan. Kebingungannya bertambah kala Mia bersama Ewan.

“Dan lo Mia. Kenapa bisa sama Ewan, apa yang lo lakuin?” Mia hanya bisa menunduk.

“Van, lo nggak ngerasa kalau Auberron itu cuma parasit yang numpang hidup?” tanya Ewan. Evan yang mendengar itu seketika memelototkan matanya.

“Darimana cara pandang lo itu, Wan?! Dia kakak kita, meskipun berbeda ayah.”

“Dia cuma anak yang ngga punya bapak, anak hasil dari usaha yang ngga bener. Gue yang nyuruh ayah buat usir dia.” Evan hendak memukul Ewan namun dicegah oleh Auberron.

“Dan buat lo, Auberron. Lo jangan terlalu berharap tinggi sama pertemanan lo itu. Lo itu cuma dapet teman palsu. Mestinya lo nggak tahu hal itu 'kan?” Ewan melangkah ke Auberron dan mengangkat jari telunjuknya ke dada Auberron.

“Maksudmu Rahman?” tanya Auberron. Orang tua mereka hanya menyaksikan adu mulut anak-anaknya tak ingin memisahkan.

Sungguh, bukan orang tua idaman!

“Yap! Rahman cuma dibayar sama Evan biar jadi temen lo! Sebegitu kasihannya hubungan lo ya?!”

Auberron memandang Evan yang tengah kebingungan bagaimana caranya saudara kembarnya mengetahui hal itu?

“Lalu dengan Mia? Apa Mia juga disuruh oleh Evan?” Auberron yang mulai cemas, bertanya kepada Ewan.

“Ohhh, Mia. Mia itu milik gue. Jangan ngarep kalau lo bakal milikin dia! Karena dia, sudah menjadi milik gue sepenuhnya!” Evan meradang, rasanya ada yang tak beres dengan saudara kembarnya itu.

“Lo nggak mungkin ngelakuin hal yang dilarang kan, Wan?” tanya Evan. Orang tua mereka juga menunggu jawaban Ewan.

“Gue ngelakuin itu!” Auberron menegang. Apa ia tak berhak memiliki seseorang hanya untuknya saja?

“Lo gila, Wan!” Auberron langsung pergi, tak ingin membalikkan pandangannya ke belakang lagi.

Semuanya bekas, bahkan perihal orang yang akan ia cintai pun bekas adiknya. Apakah di sini yang berhak bahagia hanya adiknya dan orang di luar saja?

Auberron sudah tak peduli.

Ia memiliki teman palsu.

Tak ada hal di dunia ini yang sejati.

Saat ini, Auberron hanya ingin luruh bersama riuh angin. Menangis di jalan, dengan tatapan orang-orang yang tampak bingung.

Apakah dia gila?

Paling habis putus cinta

Kasihan tahuu

Ck. Cari perhatian.

Auberron menulikan telinga, ingin mengakhiri hidup namun ia belum membalas budi kepada ibu panti.

Tuhan, kini ku serahkan segalanya kepada-Mu. Ingin kau jungkir balikkan takdirku, silakan. Aku tak akan mengeluh. Mengeluh pun tak ada gunanya. Aku hanya ingin, kuatkan aku dalam setiap situasi yang telah Engkau rancang.”

Auberron berada pada tahap pasrah dengan takdir yang sudah tertulis.

Gagal dalam percintaan

Gagal dalam pertemanan

Lalu, aku akan gagal dalam hal apa lagi? Masa depan?

Bersambung ...

AuberronWhere stories live. Discover now