Bagian 26

569 34 23
                                    

Lisa sedang berjalan kesana kemari sambil memikirkan keadaan ibunya yang sedang berada di balik pintu UGD. Ibunya kritis dan kini beliau berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan.

Dokter keluar dengan para perawat yang membawa catatan penting. Lisa yang sangat khawatir dengan ibunya pun menghampiri dokter itu.

“Bagaimana dengan keadaan ibu saya, Dok?”

“Ibu Anda mengalami beberapa luka lebam dan memar. Selain itu, ada permasalahan di dalam tubuhnya. Pola makan seperti tidak teratur dan kini ibu Anda sedang dalam masa pemulihan. Beberapa jam ke depan, beliau akan sadar.” Lisa berterima kasih kepada dokter itu. Dokter pun berlalu.

Perawat belum berlalu dan memberitahu Lisa untuk segera menyelesaikan urusan administrasi agar ibunya dapat berada di ruang inap. Lisa segera melakukan apa yang diperintah perawat itu.

“Ibu, ayo bangun! Lisa udah kangen sama Ibu,” ucap Lisa ketika ibunya sudah berada di ruang inap.

“Kira-kira, aku salah nggak ya? Jebak Auberron hanya untuk menebus ibu? Tapi, ibu lebih segalanya dari dia. Keputusanku sudah benar!” monolog Lisa.

***

“Auberron, kau baik-baik saja?” tanya Arthur pada Auberron yang masih berbaring memeluk guling.

“Iya,” jawab Auberron singkat.

“Kau tak ada gejala depresi?” tanya Andrew.

“Nggak ada! Aku baik-baik aja, aku nggak gila!” tukas Auberron. Auberron menaikkan nada ucapannya karena kesal. Apakah mereka menganggapnya gila?

“Bukan gila, Dear.”

Auberron memilih memejamkan mata berniat menyelami alam semu. Namun, keinginannya harus urung karena ucapan Alex.

“Jangan-jangan kau ada gangguan mental lain?”

“Nggak ada! Auberron sehat jiwa raga. Kalaupun ada gangguan mental udah dari tadi. Lagi pula ini hanya trauma aja. Trauma akan muncul bila ada kejadian yang hampir sama. Udah ah, Auberron mau tidur.” Auberron menyembunyikan kepalanya di bawah guling.

Arthur, Andrew, dan Alex hanya mengembuskan napas lega. Mereka terkekeh kecil karena adik kecil mereka tengah jengkel akibat ulah mereka.

Tak apa, semata-mata pertanyaan tadi hanya bentuk kasih sayang dari seorang kakak kepada adiknya.

***

Devan, Arthur, Andrew, dan Alex kini sedang berada di ruang kerja Devan. Mereka membicarakan rencana untuk membalas Lisa.

Mereka mulai menyusun strategi dan kegiataannya akan di mulai esok hari.

Keesokan harinya.

“Kita akan menyerangnya di rumah sakit ini, Dad?” tanya Alex.

“Tentu saja tidak. Kita akan membawanya ke ruangan neraka.” Mereka berjalan ke ruangan ibu Lisa berada dan menyeret paksa Lisa.

“Lepaskan, Tuan!” berontak Lisa. Devan hanya diam. Dia tetap menyeret kasar Lisa. Lisa yang masih berontak pun, akhirnya dibius oleh Arthur.

“Ck. Berisik, kalau gini kan enak.”

Mereka terus melaju menuju ruangan neraka itu. Sebelum melakukan pembalasan, mereka menunggu kesadaran Lisa terlebih dahulu.

“Dimana ini?” tanya Lisa disaat sadar dari efek biusnya.

“Kau penghianat, Lisa!” teriak Devan. Devan berdiri dihadapan Lisa dengan sebuah tongkat kasti.

“Tidak, Tuan!”

“Mengapa kau memberikan Auberron kepada orang jahat, hah?!” bentak Devan.

“Saya hanya menebus ibu saya dari orang itu. Hanya ibu saya yang saya punya di dunia ini. Tolong, lepaskan saya,” mohon Lisa.

“Itu bukan urusan saya!”

Devan mengambil pistol dan menempelkannya ke kepala Lisa. Lisa hanya bisa menangis, ajalnya sebentar lagi datang.

“Selamat tinggal, Lisa.” Kini sudah tidak ada lagi pengganggu. Hanya ada kebahagiaan yang menunggu.

Tamat ....

andaikan, Allah punya clue ke depannya bakal gimana. Pasti hamba-Nya nggak bakal panik. :(

Terima kasih sudah membaca. Dan maaf untuk ending yang membagongkan ini. Jangan lupa tekan bintang untuk bab terakhir ini. Selamat tinggal.

Say good bye to Auberron.

Auberronحيث تعيش القصص. اكتشف الآن