Bagian 18

419 25 9
                                    

18. Hanya Numpang!

Auberron masih terlelap dalam tidurnya, tanpa ada yang menyadari Arthur datang ke kamar milik Auberron dan duduk di sisi pinggir ranjang yang ditiduri Auberron.

“Kau sangat menggemaskan, tapi aku tak ingin punya adik lagi. Kau harus ku lenyapkan!” lirihnya dengan suara deep voice. Sembari mengelus pipi tirus Auberron dengan pisau kecil.

“Aku kesal kau berada di sini, harusnya kau tetap berada dalam nerakamu itu.” Arthur mengetahui masa lalu Auberron dengan kuasanya.

Auberron sayup-sayup mendengar suara rendahpun membuka matanya. Dia melihat kilatan pisau lalu merotasikan matanya dan melihat Arthur tengah menatal dirinya datar.

“Hei, sudah bangun?” tanya Arthur dengan senyuman miringnya. Dua kali lipat seramnya. Auberron ketakutan dan bersembunyi dibalik selimut.

“A-apa yang kau lakukan di sini, Kak?”

“Aku bukan kakakmu!” bentak Arthur pada Auberron. Auberron meringkuk ketakutan. Kamar Auberron kedap suara. Oleh karena itu, tidak ada bala bantuan dari ayah dan kedua abang lainnya.

“Hentikan tangan yang memegang pisau itu, aku takut.”

“Takut hm?” Auberron mengangguk. Napasnya sudah naik turun tak terkendali, dia sangat ingin keluar dan memeluk ayahnya. Tetapi, sedang ada makhluk menyeramkan yang sedang marah.

“Sangat menyenangkan bila pisau ini menancap di jantungmu bukan? Dan aku tak perlu memiliki adik lagi!” Auberron menangis karena tak sanggup menahan ketakutannya lagi.

“Auberron kau sudah bangun?” tanya Andrew sambil membuka pintu kamar Auberron. Andrew melihat Arthur yang memegang pisau kecil pun merebut dan membuang pisau kecil itu.

“Jangan gila, Kak!” Mata Arthur memerah bersiap meledakan amarah. “Kau membelanya?” tanya Arthur pada Andrew.

“Apa matamu sudah buta? Dia hanya gelandangan yang kalian pungut! Tak ada yang spesial darinya!” Auberron tersedu-sedu dalam tangisnya.

Devan dan Alex pun hadir karena ingin melihat Auberron, tetapi mereka malah melihat Arthur marah dengan Andrew dan Auberron yang sedang menangis hingga tersedu-sedu.

“Ada apa ini?” Devan menanyakan kondisi yang sangat panas ini.

“Kak Arthur menakut-nakuti Auberron dengan pisau kecilnya. Dia tak terima Auberron berada di sini. Dan mengatakan hal yang membuat hati Auberron sakit,” ucap Andrew.

“Dramatis,” cibir Arthur.

“Lagi pula dia hanya menumpang di sini.” Devan menatap marah pada anak sulungnya. Devan memukul Arthur tanpa henti hingga Auberron turun dari ranjang untuk melindungi kakak angkatnya itu dan berakhir mendapat pukulan dari Devan juga.

“Auberron!” Andrew dan Alex sontak meneriakan nama Auberron.

Devan menatap tangannya yang sudah memukul anak bungsunya dan Arthur yang sudah muntah darah. Arthur memandang Auberron yang sudah menghentikan pukulan ayahnya. Hatinya menghangat tapi ia juga malu karena orang yang sudah ia hina, tetapi Auberron telah menyelamatkannya.

***

Auberron membuka matanya perlahan dan merasakan pusing yang sangat hebat. Auberron bangun dan mencari keluarganya. Namun, dia tak mendapatkan mereka.

Sedangkan di sisi lain, Arthur tengah disiksa dengan tak ada ampun. Andrew dan Alex hanya tersenyum melihat kakaknya dihabisi oleh Devan.

“Kau harus meminta maaf pada Auberron, atau kau pergi dari sini,” ucap dingin Devan. Devan, Andrew, dan Alex meninggalkan Arthur yang tengah mencoba tetap sadar.

“Ma-af,” tuturnya kala kesadarannya hampir pergi.

Auberron cemas tapi tak tahu apa yang ia cemaskan, apakah kakak sulungnya baik-baik saja? Auberron sangat takut bila Arthur akan marah karena telah ia selamatkan dari pukulan membabi buta ayahnya.

Bersambung ...

nb: nggak tahu apa yang aku tulis 😬😬

AuberronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang