Bagian 8

469 29 4
                                    

08

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

08. Hari Pertama Kerja

Menjadi manusia terkadang menjadi hal yang sangat dihindari. Menjadi manusia harus dituntut sempurna meski tahu bahwa di dunia ini tak ada yang sempurna.

Seperti Auberron, dia bukan manusia yang sempurna. Dia hanyalah seorang manusia biasa dengan harapan ingin bebas dari ujian di hidupnya.

Sepulang sekolah, Auberron berangkat menuju restoran tempatnya bekerja bernama "Fana". Namanya sangat indah, seperti sifat dunia yang sementara.

“Kamu diterima kerja di sini?” tanya mbak-mbak pegawai kemarin.

“Iya, Kak,” jawab Auberron dengan senyum merekah.

“Wah, selamat ya! Kenalin, nama aku Miftah.” Pegawai itu menyodorkan tangannya untuk dijabat oleh Auberron dan Auberron membalas uluran tangan tersebut.

“Tangan kamu kecil sekali,” ucap pegawai tersebut dengan membolak-balikkan tangan Auberron.

“Iya, Kak. Saya memang kecil, haha.”

“Baiklah, segera pakai apronmu dan bekerja sesuai tugasmu, ya! Kalau tidak tahu, kau boleh bertanya padaku.” Auberron membalas dengan anggukan kepala. Lalu melesat ke arah loker yang ditunjukkan oleh pegawai tadi.

Sudah berbicara banyak tapi belum berkenalan. Dasar aku,” batin Auberron.

-A U B E R R O N-

“Kamu!” panggil pegawai lainnya, restoran sedang ramai, mungkin pegawai itu memanggil untuk membagi tugas.

“Iya, Kak?” tanya Auberron.

“Cepat kamu layani meja nomor 15. Hati-hati ya!” Auberron mengangguk dan mengambil buku menu, lalu berjalan menuju meja nomor 15.

“Mau pesan apa, Kak?” tanya Auberron pada pelanggannya.

Pelanggan itu mendongakkan kepala dan memandang Auberron. Auberron membelalakkan kedua mata kecilnya.

“Kak Aube?” Evan memanggil nama kakaknya, sedang apa kakaknya berada di sini? Apa dia bekerja? Tapi kenapa? Seperti itulah yang ada di pikiran Evan.

“Mau pesan apa, Kak?” tanya Evan sekali lagi dan mencoba menekan rasa cemasnya. Dia takut, takut karena tatapan Evan yang ingin marah.

“Kakak, kenapa ada di sini?” tanya Evan.

“Itu kakak lo, Van?” tanya teman Evan yang berada di sampingnya. Ada beberapa teman Evan yang ikut serta di restoran tersebut. Namun, tidak ada Ewan di antara mereka. Mereka tak mengetahui siapa Auberron. Sedangkan, Auberron sudah takut akan cemoohan yang akan terlontar pada dirinya saat di sekolah besok. Evan menganggukkan kepalanya. Cemoohan yang diakibatkan karena dia bekerja sebagai pelayan.

“Gue mau pesen udang pedes manis sama es jeruk. Kalian apa?” tanya teman Evan kepada teman lainnya.

“Udah samain aja.” Auberron mengangguk dan segera melesat pergi ke tempat para koki bekerja.

Kenapa kakak bekerja?” batin Evan.

-A U B E R R O N-

Auberron mencoba menenangkan dirinya sendiri. Dia takut, dadanya sesak. Melakukan inhale dan exhale beberapa kali hingga tenang dan tak sesak lagi.

“Auberron, kamu nggak apa-apa?” tanya pegawai perempuan yang sudah kenal dengan Auberron. Pegawai perempuan itu bernama Rita.

“Nggak apa-apa kok, Kak. Sekarang aku mau nganterin pesenan dulu, permisi.” Rita menatap sendu. Dia tak tahu apa yang dirasakan oleh Auberron, namun wajah Auberron tampak seperti memendam banyak beban.

Auberron bekerja hingga pukul sepuluh malam. Badannya sudah sangat lelah dan ingin segera ia baringkan. Namun, hal itu urung karena di ruang tamu ada ayah tirinya dengan kilatan amarah di matanya.

“Sudah berani pulang malam ternyata.”

Bersambung ....

👇Jangan lupa pencet bintangnya ⭐

AuberronWo Geschichten leben. Entdecke jetzt