Bagian 10

504 30 8
                                    

10

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

10. Kemana Saya Harus Pulang?

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Auberron keluar kelas sembari menundukkan kepalanya. Rahman datang dari arah kelasnya dan menghampiri Auberron.

“Woy, mau kemana, Bro?” tanya Rahman.

“Mau kerja,” jawab Auberron.

“Kerja apaan?” Rahman bertanya lagi.

“Jadi pelayan di restoran Fana.” Rahman mengangguk. “Mau bareng gue nggak? Gue juga mau ke sana.” Rahman mengajak Auberron.

“Memangnya boleh?” Rahman menatap malas Auberron. “Kalau nggak boleh, ngapain gue nawarin lo, Berron.”

“Ya sudah, saya bareng sama kamu.”

Mereka berangkat dengan sepeda supra milik Rahman. Sebenarnya Rahman tidak ingin makan di sana. Namun dia hanya ingin mengantarkan Auberron saja.

Baikkan gue?

Aduh, emak gue nelpon nih, gue ga jadi makan di sini deh,” ucap Rahman saat sudah sampai di Restoran Fana.

“Ya udah, tidak masalah. Terima kasih atas tumpangannya. Hati-hati ya!”

“Iya, gue bakal hati-hati karena ayang gue udah bilang hati-hati, haha.”

“Gue pamit ya.” Auberron membalas dengan anggukan kepala.

-A U B E R R O N-

“Eh, udah dateng yah?” tanya Miftah.

“Udah, Kak. Saya pamit ganti baju dulu, ya.” Miftah mengangguk dan melanjutkan langkahnya untuk mengantar pesanan.

“Semangat! Jangan lemah!” ucap Auberron menyemangati dirinya sendiri.

“Auberron, antar pesanan ini ke meja nomor 10.” Auberron mengambil nampan berisi pesanan tersebut dan melangkah menuju meja nomor sepuluh.

“Permisi, Kak. Ini pesanan kalian.” Auberron menghidangkan makanan tersebut dengan senyuman yang sedikit dipaksakan.

“Eh, lo kerja di sini?! Nggak takut apa bos yang punya restoran ini, secara lo kan gila!” ucap seorang perempuan yang masih memakai seragam sekolah yang sama dengannya.

Auberron menahan amarah yang sudah memuncak. Tapi, dia tetap sabar karena tak ingin pekerjaan yang dia dapat hilang begitu saja.

“Baik, Kak. Apa pesanan, Kakak? Silakan ini buku menunya.” Auberron menyodorkan buku menu ke salah satu hater's nya.

“Gue nggak mau dilayani sama lo! Nanti lo ludahin lagi.” Beberapa kalimat penenang diucapkan Auberron dalam hati.

“Jika tidak ingin saya layani, saya bisa memanggil rekan saya. Terima kasih dan tunggu sebentar.” Terdengar bisikan menjelekkan Auberron. Namun, Auberron tak menghiraukannya.

-A U B E R R O N-

Auberron bekerja hingga waktu pulang tiba, sekarang ia bingung. Harus kemana dirinya pulang? Sekarang sudah tak ada rumah yang dapat ia singgah.

Auberron masih tak tahu alasan dia diusir dari rumah yang selama ini dia singgahi. Lelah. Begitulah yang dirasakan. Apa ia nakal? Apa ia memang hanya beban, sehingga orang tuanya tak ingin menampung? Atau karena dia gila?

“Tuhan ... kemana saya harus pulang?”

Bersambung...

👇jangan lupa vote-nya!

AuberronWhere stories live. Discover now