Bagian 12

462 31 3
                                    

12

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

12. Jalan-jalan dengan Mia

Auberron, Rahman, dan Mia sedang keluar dari kelas masing-masing dan menuju gerbang sekolah untuk memenuhi janji kemarin.

Janji mereka adalah jalan-jalan bersama. Meskipun, Mia adik kelas mereka, tetapi sebagai teman bukankah semua harus diajak? Lagi pula, Auberron hanya memiliki dua teman.

“Huh, maaf, Kak jadi lama gara-gara aku.” Napas Mia masih sedikit memburu karena habis lari-larian dari kelas menuju gerbang sekolah yang jaraknya lumayan jauh.

“Maaf, bukannya mau ingkar janji yang kemarin, tapi ibu gue masuk rumah sakit. Gue pamit ya, dan maaf banget.” Rahman mengucap kata demi kata dengan buru-buru. Ia cemas dengan keadaan ibunya.

“Oh, iya, Kak. Tidak apa-apa,” ucap Mia.

“Iya, nggak papa. Hati-hati ya, jangan ngebut. Semoga ibu kamu cepat sembuh.” Rahman mengangguk dan langsung pergi ke parkiran untuk mengambil sepeda miliknya.

-A U B E R R O N-

“Kita mau kemana, Kak?” tanya Mia. Mereka berjalan tanpa arah. Terus berjalan dari sekolah hingga menemukan sebuah taman.

“Kamu sudah punya pacar?” tanya Auberron kepada Mia.

Sudah,” ucapnya. Auberron hanya tersenyum mendapat jawaban Mia. “Tapi, tak bahagia,” batin Mia.

“Memangnya kenapa, Kak?” Mia bertanya kepada Auberron.

“Nggak papa. Orang yang menjadi pacar kamu beruntung, ya. Kamu kan cantik, pinter, sama lucu lagi.”

“Apaan sih, Kak Auberron bisa aja.”

Auberron mengungkapkan isi hatinya. Ini sungguh di luar kendali tubuhnya. Auberron malu. Mengungkap rasa secara tak langsung pada pacar orang lain? Berdosakah dirinya?

“Maaf, Mi. Bukan apa-apa kok, jangan diambil hati ya, tapi memang kamu cantik kok, hehe.”

“Iya, nggak papa. Ini sudah cukup lama. Aku pulang dulu ya, Kak. Takut dicariin ibu.” Auberron mengangguk dan memandang punggung Mia yang mulai mengecil karena ditelan jarak.

-A U B E R R O N-

Sudah berani membantah, hm?” ucap seorang lelaki kepada Mia. Dia melakukannya dengan mencengkeram kuat dagu Mia.

M-maaf. Ta-tadi cuma pergi sebagai t-temen, shh.” Mia mendesis karena merasa sakit dengan dagunya yang dicengkeram kuat.

Dia suka sama lo, Mia. Apa lo nggak sadar, hah?!” bentaknya pada Mia.

D-dia ng-nggak s-suka sama a-ku, kok. Tenang ya, ja-jangan ma-rah.” Mia mencoba menenangkan lelaki itu yang sangat marah. Lelaki itu mengempaskan dagu Mia dengan kasar.

LO DASARNYA NGGAK PEKA! GUE AJA TAHU KALAU DIA SUKA SAMA LO. LO! LO ITU CUMA MILIK GUE, TAHU, NGGAK?!” Mia tersentak dengan bentakan yang terlontar.

Mia dihempaskan ke ranjang yang ada di kamar tempat mereka. Mia sudah mengeluarkan air matanya.

“Hentikan air mata lo itu, gue nggak suka.” Lelaki itu mengusap air mata Mia dengan kasar.

“Gue bakal bikin lo jadi milik gue seutuhnya.” Seketika dunia Mia menjadi runtuh setelah hal yang ia jaga selama ini hilang dengan tidak wajarnya.

Mengapa seperti ini?

Bersambung ...

AuberronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang