Mari kita usaikan kisah ini!
“Kondisi Auberron semakin melemah, Tuan. Hingga saat ini, kondisinya sudah berada di ambang kematian. Kami pihak medis sudah menyerah dengan kondisi Auberron,” ucap dokter yang menangani Auberron.
“Tck, tak bisakah kau berjuang sedikit lagi? Demi kesembuhan anakku!” Pertama kali seorang Devan memohon kepada orang lain. Nyawa anaknya sudah ada diambang kematian. Rasanya Tuhan sedang marah dengan umat-Nya yang satu ini
“Tidak bisa, Tuan. Kami sudah sangat tidak mampu menangani Auberron.”
“Lantas, apa aku harus menyerah, Dok? Apakah aku tak boleh berharap lagi?”
Dokter memberikan sebuah surat pernyataan keluarga Auberron untuk memberikan kuasa sepenuhnya kepada dokter dan merelakan seluruhnya kepada pihak medis.
“Pergilah ke kamar anakmu, Tuan. Mungkin dia sudah sadar dan mencarimu.”
Devan pergi ke bilik Auberron dan mulai bercengkrama meskipun tak ada balasan dari pihak yang diajak bicara. “Nak, jika kamu sudah tak kuat. Pergilah, Ayah ikhlas melepasmu. Maafkan ayah yang selalu menunda kepulanganmu kepada-Nya. Tapi, perlu kau tahu, aku sangat sakit ketika melihatmu terpuruk.”
“Selamat tinggal, Auberron. Selamat jalan!”
---
nggak tahu ini end seperti apa, tapi aku sudah merelakannya pergi, jauh dan tak kembali.
![](https://img.wattpad.com/cover/298177918-288-k45750.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Auberron
Random"Aku rapuh, bolehkah aku luruh ...?" ------------ "Tuhan ... aku capek." ------------ Kata ibunya, Auberron itu beban. Tak berhak mendapat perhatian. Atau pun semua hal yang layak. Ia hanya berhak mendapatkan barang bekas. Bukan barang baru. Hingga...