Bagian 6

569 38 8
                                    

06

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

06. Kamu Cantik!

Terkadang tersenyum itu sangat diperlukan oleh semua orang agar dapat dikenal ramah oleh orang lain. “Meski dalam keadaan tak baik-baik saja, usahakan kau tetap tersenyum.” Rahman berucap dengan nada bijaksana dan arif.

“Apa kau bisa melakukannya?” tanya Auberron kepada Rahman.

“Bisa dong, kalau nggak bisa ya nangis aja bentar. Lagian cowok boleh nangis kok, asal jangan cengeng aja. Nggak lakik namanya. Haha,” ucap Rahman. Auberron tersenyum melihat tawa Rahman. Ternyata semenyenangkan ini rasanya berteman.

“Aku pamit ke kelas dulu ya, Kak. Takut dimarahin guru.” Auberron mengangguk. “Iya, hati-hati ya, Adik Manis.” Rahman mengedipkan sebelah matanya berniat menggoda Mia.

“Iya.”

-A U B E R R O N-

“Apa kau pernah mencintai seseorang?” tanya Auberron kepada Mia. Saat ini, mereka sedang berjalan di trotoar setelah pulang sekolah. Mia tak tahu kenapa ia tadi menghampiri Auberron dan mengajaknya pulang bersama.

“Ku rasa pernah,” jawab Mia.

“Apa itu menyenangkan?” Auberron bertanya lagi. Mia merasa, saat jni Auberron tengah penasaran dengan bagaimana rasanya jatuh cinta.

“Antara menyenangkan dan menyedihkan.”

“Menyedihkan? Bukankah setiap insan yang saling mencintai itu bahagia?” tanya Auberron.

“Tidak. Setiap insan yang saling mencintai pasti selalu ada masalah untuk menguji seberapa kuat ikatan kasih dan cinta mereka.” Auberron mengangguk, lalu ia menoleh ke wajah Mia.

“Kamu cantik.” Mia malu dengan ucapan Auberron lalu menyangkal ucapan lelaki itu, “Apaan sih, aku itu nggak cantik. Orang wajah aku burik gini kok.”

“Setiap perempuan itu cantik, Mia. Kalaupun ada yang nggak cantik itu, karena mereka tak mengakui bahwa dirinya cantik.

Satu lagi, kalau orang lain mau bilang kamu nggak cantik. Percayalah, kau tak akan jatuh karena hinaan.”

“Kau sangat tahu arti bersyukur, ya.”Auberron tersenyum, akhirnya saat sudah sampai belokan, mereka terpisah.

“Aku pulang dulu ya, Mia. Hati-hati di jalan.” Auberron melambaikan tangannya dan dibalas lambaian tangan Mia.

-A U B E R R O N-

“Sudah berani sekali kamu dekat-dekat dengan lelaki lain.” Seorang laki-laki yang tiba-tiba berada di rumah Mia itu mencengkeram kedua pipi Mia.

“A-apa yang kau lakukan di sini?” tanya Mia dengan ekspresi menahan perih.

“Ck, apa kau lupa bahwa aku ini kekasihmu, adik kecil?”

“Aku tak pernah menerima cintamu, bagaimana bisa kau menjadi kekasihku?” Cengkeraman di pipi Mia bertambah kuat, hingga menghasilkan ringisan dengan suara yang lebih keras.

Plak!

Cengkeraman terlepas dan berganti dengan tamparan. Pipi Mia memerah dengan bekas tangan lelaki yang menganggapnya kekasih.

Mia mengeluarkan air mata, sejenak pria yang menjadi kekasihnya itu menatap iba. Lalu, ia menyeringai dan mengelus lembut pipi Mia.

“Jangan kau ulangi kesalahan ini, atau laki-laki itu akan ku hilangkan dari bumi ini.” Mia menggeleng ketakutan. Tak ada kuasa melawan laki-laki itu.

Tuhan ... lindungi teman hamba.

Bersambung ....

Siapa ya laki-laki kekasih Mia? Ada yang tahu?

👇Jangan lupa pencet bintangnya ⭐

AuberronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang