Bagian 13

436 24 6
                                    

13

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

13. Ratapan Mia

Ini sudah terjadi. Laki-laki brengsek telah merusak masa depanku. Bagaimana ini? Haruskah aku pulang ke pangkuan-Mu? Tolong aku, Tuhan.

“Hai, kenapa kau menangis?” tanya laki-laki itu. Aku tak ingin menyebut namanya, laki-laki tak punya adab itu telah menghancurkan semuanya dan sekarang, dia bertanya mengapa aku menangis? Dasar lelaki tak punya hati!

Umpatan terus ku senandungkan dalam hati. Tak ingin ku ucapkan agar nyawaku masih ada dan tetap dapat merasakan dunia yang fana ini.

“Aku bertanya, jawablah!” ucapnya dengan menggunakan bahasa aku-kamu.

“Kau telah merusakku.” Aku berucao dengan tatapan kosong. Tak memandang orang yang berada di sampingku, melainkan memandang atap ruangan tempat direnggutnya kebahagiaanku.

“Aku tak merusakmu, Sayang. Aku hanya menginginkanmu seutuhnya. Tanpa harus berbagi ke lelaki gila itu!” Posesif. Kelakuan yang tidak aku sukai.

“Tapi kau merenggut kebahagiaanku.”

“Aku hanya mengambil keper*wananmu saja. Jangan berlebihan!” ucapnya enteng seperti tidak punya dosa.

“Apa kau sadar tindakanmu itu melawan aturan agama dan negara?! Aku bisa melaporkanmu ke polisi jika kau mau!” Tanpa sadar aku berteriak. Dia langsung mencengkeram daguku dan berkata.

“Kau berani padaku?” tanyanya mengintimidasi. “Berteriak, bukankah hal itu pernah ku larang?! Mengapa kau melanggarnya?!”

“K-kau gila!” umpatku padanya. Dia mengayunkan tangannya dan menampar keras pipiku. Pipiku rasanya perih, kebas, dan panas.

“E-wan, hentikan!” ucapku tak sengaja mengucap namanya. Aku melanggar keinginanku sendiri untuk tidak mengucap namanya.

Tamparan dan pukulan berulang kali mengenai pipiku atau anggota tubuh yang lain. Aku pasrah. Aku mati pun tak apa. Ini gila. Aku hanya bisa diam tak melakukan apa-apa.

“Aku akan membongkar status keper*awananmu jika kau berani memberontak, Sayang,” ucapnya. Menangis dengan keras dan meringkuk itu yang ku lakukan saat ini.

“Apa kau paham, Sayang?” tanyanya dengan nada penuh tekanan dan ku jawab dengan anggukan kepala saja.

Aku ingin ini segera berakhir.”

-A U B E R R O N-

Auberron ingin sekali mengungkapkam cintanya pada Mia. Gadis yang ia temui saat dia dilanda kecemasan. Apa ini terlalu cepat untuk jatuh cinta?

Auberron tak peduli itu. Yang terpenting saat ini, Auberron dapat mengungkapkan cintanya.

Auberron ingin sekali berpacaran seperti orang-orang pada umumnya. Merasakan bahagia dan indahnya dunia asmara.

Auberron yang tengah membantu membersihkan halaman panti pun terkejut dari lamunanya karena tepukan pada pinggangnya.

“Ada apa, Van?” tanya Auberron.

“Abang kenapa? Kok senyum-senyum sendiri. Abang sehat kan?” tanya Vano beruntun.

“Abang nggak papa. Sekarang, masuk yuk! Sudah saatnya makan siang.” Vano mengangguk dan mereka masuk ke dalam panti bersama.

“Lancarkan rencanaku, Tuhan ....”

Bersambung ...

AuberronWhere stories live. Discover now