Bagian 28

242 13 2
                                    

"Huh, capek," keluh Auberron yang kelelahan karena terus berbaring dan menonton tv. Tak ada seorang pun yang menemaninya. Akankah dia akan sendiri terus hari ini? Sangat membosankan.

Auberron melangkah keluar dari dalam mansion, tetapi langsung dihadang oleh bodyguard ayahnya. Dia juga ingin bebas, tidak berada di sangkar emas penuh kenyamanan ini. Bolehkah untuk memberontak?

Auberron mengatakan kepada bodyguard itu bahwa ia ingin jalan-jalan ke mall yang ada di dekat mansion. "Paman, aku hanya ingin jalan-jalan ke mall dan membeli banyak makanan enak serta main ti timezone. Apakah tidak boleh?" tanyanya dengan mata yang hampir berembun.

Apakah pemuda berusia 17 tahun itu tak sadar akan umurnya. Dia tampak menggemaskan hingga menggetarkan hati bodyguard itu. Tetapi, ingin mengajak Auberron berjalan-jalan di luar mansion tanpa izin dari Devan itu sungguh sangat lancang.

"Tidak bisa, Tuan. Anda harus izin kepada Tuan besar terlebih dahulu untuk keluar dari mansion ini. Jika tidak, maka Anda tidak diperbolehkan untuk keluar dari mansion barang sejengkal."

"Maka dari itu, izinkan aku kepada Daddy untuk bisa keluar." Bodyguard itu sudah kembang kempis hidungnya memikirkan bagaimana cara untuk menolak titah dari Auberron karena ia sendiri pun tak berani untuk meminta izin kepada Devan.

"Bagaimana jika Tuan sendiri yang meminta izin kepada Tuan besar agar dapat keluar dari mansion ini. Tuan dapat menghubungi Tuan besar dari telepon rumah."

"Hmm, kau benar juga, Paman." Auberron pun berlari menuju tempat dimana telepon rumah berada. Dia mendial nomor ayahnya yang sudah diberitahukan kepadanya beberapa waktu lalu. Menunggu hingga tersambung dan mulai mengatakan apa yang menjadi keinginannya.

Halo.”

“Halo, Daddy. Daddy aku ingin berjalan-jalan ke mall dan berburu kuliner disana. Apakah diperbolehkan?”

“Tidak! Kau baru sembuh dari masa sakitmu dan langsung meminta untuk pergi ke mall? Apa kau sehat, Auberron?”

Tapi, Ayah. Aku sangat jengah berada di dalam mansion tanpa siapa pun yang menemaniku bermain.”

Ada banyak bodyguar di dalam mansion. Kau dapat mengajak mereka untuk menemanimu bermain.”

Mereka tidak asik, Daddy. Mereka hanya menatap satu sama lain dengan tatapan kaku dan datar. Mereka tidak mempunyai senyum barang selebar 1 jari telunjuk.”

“Baiklah, jika kau ingin tetap keluar ajak salah satu kakakmu untuk menemani. Jika di antara mereka tidak ada yang menemanimu, maka kamu dilarang untuk keluar dari mansion! Mengerti?”

Auberron menganggukkan kepalanya dan berkata, “mengerti, Daddy.”

Auberron menutup panggilannya dengan sang ayah dan berganti untuk menghubungi Arthur. “Halo.”

Halo, ya ada apa?

“Aku ingin pergi ke mall dan kata Daddy aku boleh pergi ketika aku mengajak salah satu dari kakak-kakakku. Apa Bang Arthur bisa menemaniku?”

Tidak bisa, aku sedang menyelesaikan beberapa dokumen. Kau bisa mengajak yang lainnya, jika tidak ada yang menemani jangan pergi sendiri. Kau paham?”

“Iya, paham.” Auberron menutup panggilan dengan malas. Sudah dua orang yang ia hubungi, tetapi tidak ada satu pun yang mengizinkannya untuk pergi ke mall. Ingin menghubungi kedua kakaknya yang lain, ia terlalu malas untuk melakukannya.

Terkadang masa yang seperti ini membuat dirinya ingin kembali ke Auberron yang dulu, dimana ia dapat merasakan kebebasan dan dapat keluar ke temoat mana saja yang ia inginkan. Tapi, ia tak ingin merasakan siksa lagi.

“Huh, apa aku pergi mengendap-endap atau bilang ke bodyguard jika aku sudah izin saja, ya? Aku terlalu malas untuk berada di rumah seharian,” monolognya.

**

Auberron akhirnya pergi ke mall dengan berdusta kepada para bodyguard jika ia sudah diizinkan oleh Devan untuk pergi ke mall tanpa membawa salah satu kakaknya. Ampuni dia Tuhan, jangan kutuk dia hanya karena berbohong agar dapat keluar dari mall.

Dia bermain bermacam-macam mainan yang ada di timezone dengan perasaan gembira. Namun, dia pergi ke restoran ketika para bodyguard lengah dalam mengawasinya.

Auberron memesan makanan berkuah dan langsung menyantapnya begitu saja tanpa menghiraukan rasanya yang sedikit aneh juga kuahnya yang sedikit bau. Dia tetap menyantapnya dan mengira makanan itu memang rupanya demikian.

Sebelum itu, ada orang yang menyeringai ketika Auberron memasukkan makanannya ke dalam mulutnya. Auberron dalam bahaya. Ternyata benar, Auberron jatuh dari kursi yang dia duduku dengan mulut yang memuntahkan makanannya.

Bodyguard yang telah menemukan keberadaan Auberron pun, langsung bergegas untuk menggendong Auberron dan berlari menuju mobil berada. Kemudian, mereka menuju rumah sakit terdekat. Tamat sudah riwayat bodyguard itu.

AuberronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang