62

23 1 1
                                    

Ran mematung ketika mendengar suara papa tercintanya,karena takut akan amarah papanya Ran dengan segera keluar dari tempat persembunyiannya dengan wajah ketakutan

"Ran gak punya niat jahat kok pa, Ran cuma penasaran sama kondisi Artha" jelas Ran

Rael menatap Ran dengan tatapan yang tidak terdefinisikan "Well, gak ada maling yang ngaku maling" jawab Rael semakin membuat Ran ketar ketir "I'd told you to stay in your own room, no ?" Tanya Rael

"Yes, you did"

"Terus kenapa kamu ada diluar ?"

Ran memberanikan diri menatap mata papanya, sorot mata dingin yang tidak jauh berbeda dengan yang Ran miliki

"Tentu saja Ran mau minta maaf ke Artha" jawab Ran

Rael terkekeh mendengar ucapan tuan putrinya yang terkesan dingin namun terdengar jelas oleh Rael kalau anaknya itu sedang ketakutan

"Kamu gak bisa ketemu Artha, for a while. Kamu tahu kenapa ?" Tanya Rael dengan wajah seriusnya

"No"

"Well then, ikut papa" ucap Rael lalu dengan cepat berjalan kearah lift dan langsung menekan tombol lantai 4 ketika sudah memastikan Ran sudah ada didalam lift

Ran hanya terdiam ketika pintu lift itu terbuka dan papanya berjalan kearah sayap bagian utara mansion, lokasi kamar Ran dan juga kamar papanya yang bersebelahan dengan Ran, bagian mansion yang memang mutlak menjadi hak milik Rael dan keluarga kecilnya

Di bagian utara mansion itu tidak hanya terdapat kamar pribadi Rael dan Ran, tetapi terdapat ruang keluarga yang terlampau luas dan balkon yang menghadap ke kebun bagian utara mansion Tweddio, dimana terdapat gazebo serta air mancur yang indah serta tempat dimana bunga peony tumbuh, melengkapi kecantikan kebun bagian utara mansion

"Duduk Ran" ucap Rael sambil membuat teh yang terbuat dari bunga chamomile, yang cocok diminum malam hari sebelum tidur

Ran mendudukkan tubuhnya disofa empuk sambil memangku bantal sofa yang berisi bulu angsa "Kenapa pa ?" Tanya Ran

Rael menyodorkan satu cangkir teh kehadapan Ran, dan langsung menyesap cangkir teh miliknya sendiri dengan tenang, berbanding terbalik dengan Ran yang sedang ketar ketir karena Rael bersikap misterius

"Jujur sama papa, kamu gak ada tujuan buat celakain Artha kan ?" Tanya Rael ketika sudah menaruh cangkir tehnya diatas meja

"Berapa kali Ran harus bilang kalau itu murni accident" jawab Ran

"Dan bagaimana papa tahu kalau itu beneran accident, hm ?"

Ran menghela nafasnya kasar "If i want to kill Artha, aku udah lakukan itu pakai katana punyaku sendiri" ujar Ran kesal

"Wow wow, santai dong nak" ucap Rael sambil tertawa renyah "Papa tau kok kamu gak ada niat buat celakain Artha" sambung Rael

"Terus kenapa papa bersikap seolah olah mau menyudutkan aku !?"

Rael menghela nafasnya dengan tenang "Ran kamu tau alasan papa marahin kamu habis habisan di danau ? Papa lakukan itu supaya kamu gak kena marah orang tuanya Artha" ujar Rael

"Kenapa papa bilang begitu ? Karena papa liat amarah dikedua orang tua Artha pas ngeliat kamu, kamu ini anak papa dan asal kamu tahu papa ini gak sudi ada yang marahi anak papa meskipun papa gak akan membenarkan kamu kalau kamu beneran salah, papa lebih suka kamu nangis karena dimarahi papa daripada kamu dimarahi orang lain" jelas Rael

"Terus kenapa papa larang aku buat ketemu Artha ?" Tanya Ran

"Jawabannya sudah jelas Ran, orang tuanya Artha itu masih marah sama kamu" ucap Rael

ARATHA (MAJOR REVISION)Where stories live. Discover now