45. Airmata

53 8 0
                                    

Sang surya bersinar dengan agung diatas langit biru dan hamparan awan yang membentuk pola pola tertentu, sang bayu berderu dengan kencang menerbangkan helaian rambut dari seorang insan yang sedang rapuh

Ran terduduk di sebuah rooftop sekolahnya dengan tetesan airmata yang senantiasa turun membasahi wajah cantiknya, sudah hampir satu jam dia terduduk dan menangis disini

Namun, sebanyak apapun tetesan airmata yang dia keluarkan tidak sebanding dengan rasa sesak yang sedang dia rasakan bahkan rasa sakit akibat jatuh dari atas pohon tidak ada bandingannya dengan rasa sesak di dadanya, Ran sadar bahwa dia tidak bisa menyalahkan Artha sepenuhnya karena Artha berhak untuk cemburu mengingat mereka sudah menjalin hubungan selama hampir 6 bulan, tapi apakah Artha tidak bisa menyaring ucapannya terlebih dahulu ? Apakah seburuk itu Ran dimata Artha sehingga dia mencap Ran sebagai perempuan gatal ?

Dua hari lagi sekolahnya akan mengadakan tour ke daerah Jogjakarta dan sekitarnya, rencananya Ran ingin mengajak Artha untuk berjalan jalan di sekitaran Malioboro pada malam hari dan makan di emperan jalan, Ran ingin menghabiskan waktunya berdua di Jogjakarta bersama Artha mencari oleh oleh bersama dan berfoto berdua karena selama ini Ran hanya pernah satu kali mengajak Artha berfoto

Namun, rencana hanya tinggal rencana dengan hubungan Ran dan Artha yang memburuk tentu akan terasa sangat canggung di tambah Ran tidak yakin bahwa Artha akan mempertahankan hubungan ini setelah di tampar dengan keras oleh Ran tadi, namun Ran tidak menyesal telah menampar Artha setidaknya itu bisa di jadikan kenang kenangan dari Ran jika Artha memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini

"Dasar Artha sialan" dengus Ran

Ran mengelap airmatanya yang tersisa lalu beranjak pergi meninggalkan rooftop dan terkejut ketika Ran menemukan Mikhael yang sedang tertidur sambil berdiri di dekat pintu

"Mika" panggil Ran sambil mencubit pipi Mikhael yang membuat si pemilik pipi terkejut

"Ran" jawab Mikhael sambil mengerjapkan matanya

"Ngapain lo tidur disini ?"

"Gue liat lo lari kearah rooftop dan lo itu orang ternekat yang pernah gue temui, gue takut lo loncat dari rooftop makanya gue ada disini dan di bawah udah ada Rayhan, Tata dan Khafi supaya mereka bisa melakukan sesuatu andai kata lo terjun" cerocos Mikhael yang membuat Ran terkekeh, sahabatnya itu sweet sekali

"Gue gak gila kok Mika"

"Gak gila cuma rada gesrek doang"

Ran tertawa mendengar perkataan Mikhael yang terlihat sangat kesal sekaligus mengantuk "Tapi makasi udah khawatir, Mika" ucap Ran dengan tulus hingga membuat Mikhael tersenyum lebar

"Sama sama Ranran" balas Mikhael "Oh ya soal Artha gue gak tau lo mau denger ini atau kagak tapi setelah dia berantem sama lo dia langsung pergi dari kantin dan Tata bilang dia nangis di kelas sendirian, tepat 5 langkah dari sini itu kelas Artha, Ran"

Ran berjalan melewati kelas Artha dengan langkah yang tampak tenang matanya melihat Artha yang sedang memeluk tasnya dan menyembunyikan wajahnya disitu, Ran juga melihat bahu Artha yang bergetar dan dapat di pastikan bahwa Artha sedang menangis

"Mau bicara ?" Tanya Mikhael

"Gak usah" jawab Ran meskipun dalam hatinya dia ingin menghampiri Artha dan memeluknya dengan erat, namun lagi lagi Ran mementingkan ego setinggi langitnya

Ran dan Mikhael memasuki kelas XII MIPA 3 yang tampak sepi karena sudah banyak murid yang pulang toh ini hari terakhir ujian dapat di pastikan mereka sedang berpesta pora karena dapat terbebas dari beban yang selalu menghantui atau bahkan mereka sedang bersiap siap untuk mengikuti SBMPTN, entahlah Ran tidak peduli

ARATHA (MAJOR REVISION)Onde histórias criam vida. Descubra agora