24. Pernyataan Dokter

320 9 0
                                    

Chapter 24: Pernyataan Dokter

Chapter 24: Pernyataan Dokter

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Loh.. kak Rico? Kak Sherly?” Acella terkejut kala mendapati dua orang yang mereka kenal juga ada disana.

“Hah lo ngapain disini kak? kok sama Kak Sherly juga?”

Kedua insan pemilik nama itu mendongak. Mereka tersenyum ketika mendapati dua remaja ini menyapa mereka— tidak, lebih tepatnya bertanya.

“Lo juga berdua ngapain disini?” tanya Rico kembali.

“Nganterin anak kecil jajan rujak lah, lo berdua balikan kali?” Acella memukul pundak Elgran. Pertanyaan yang dilontarkan laki-laki itu sangat frontal. Ia takut terjadi salah paham.

Sherly tertawa kemudian menatap Rico. “Iya hehe, kita balikan.” kata wanita dengan dress cokelat itu.

“Eh iya, Acella apa kabar? Kita udah lama nggak ketemu ya...” Sherly bangkit dari duduknya. Menyapa gadis itu lalu saling berpelukan.

“Ah iya kak, aku baik-baik aja. Kak Sherly gimana? Kuliahnya lancar kak?”

“Yahh nasib mahasiswi, lancar tapi gitu deh.” Sherly berkata. Sedangkan Elgran dan Rico sibuk berbincang disana, sebagai abang adik, tentu mereka menjalin hubungan yang cukup dekat karena jarak umur yang hanya terpaut 3 tahun saja.

“Kamu pucat dan kurus banget, Acella. Kamu beneran baik-baik aja?” tanya Sherly cemas. Sebagai mahasiswi kedokteran, Sherly tentu mengetahui perubahan yang dialami Acella. Apalagi pada penyakitnya yang semakin lama semakin ganas.

Acella diam dan memilih tersenyum, “Aku baik kak, ini mungkin karena ga pake make up jadi pucat hehe..”

“Ah gitu...”

Fyi, hubungan Sherly dan Rico sudah benar-benar membaik. Mereka juga sudah memutuskan untuk kembali bersama lagi. Yah memang harus melalui beberapa rintangan dan gangguan kejam dari Gilang, tapi mereka berhasil melewatinya. Sekarang, dua orang itu kembali menjalin hubungan asmara yang cukup romantis sejauh ini.

“Acella, ini rujak lo mau yang gimana?” panggil Elgran. Segera, Acella mendekat.

Yo mas! Pesen piro?” tanya abang rujak dengan logat Jawanya.

“Rujaknya campu—”

“Bang pake pepaya, bengkuang, jambu, sama mangga yah! sambelnya jangan pedes-pedes.” Acella memotong ucapan Elgran.

“Tumben mesen ada pilihannya,”

Siap neng!” abang rujak melayani pesanan mereka dengan baik. Acella memperhatikan pria itu memotong buah-buahan sesuai dengan permintaannya dengan teliti seakan kagum dengan kecepatan seorang abang abang penjual rujak ini.

LOOK AT ME - [REVISI]Where stories live. Discover now