56. Setangkai Mawar [END]

675 23 0
                                    

56. Setangkai Mawar
.

don't forget to vote for me
ENJOY

"Aku hanya membutuhkan dekapan tulus darimu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku hanya membutuhkan dekapan tulus darimu. Bukan janji palsu yang keluar dari mulut halusmu."

***

Elgran belum bisa mengikhlaskan kepergian istrinya. Sejak ia mendekap tubuh istrinya untuk yang terakhir, Elgran benar benar kehilangan separuh jiwanya. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh lelaki bermarga Almaraja itu.

"Tolong.. kembali.." Elgran bergumam di depan sebuah gundukan tanah dengan banyaknya bunga mawar disana.

Seluruh pihak keluarga belum bisa mengikhlaskan kepergian Acel. Terlebih Vionella. Ibu dari Acel benar benar tidak sanggup melihat putrinya pergi begitu saja untuk selamanya. Vionella pingsan saat mengetahui Acel telah tiada tadi. Wanita itu sedari tadi masih memeluk batu nisan anak perempuannya.

Kenzo, Abang dari Acel yang sangat menyayangi adik perempuannya. Lelaki itu menangis. Namun setelahnya hanya menatap kepergian Acel hingga sang adik dikubur. Baginya, menangis tidak akan merubah semuanya. Menangis tidak akan membuat adiknya kembali. Itulah yang dipikirkan seorang Kenzo Bramasta Adhitamana. Terpukul? Iya. Kenzo sangat terpukul dengan perginya Acel. Tapi baginya, adik tersayangnya sudah tenang disana dalam pelukan langit.

Elgran masih menatap gundukan tanah itu selama 3 jam. Ia tidak beralih sedikitpun. Benar benar terpukul. Lelaki itu menangis dalam diam. Matanya sudah memerah. Demikian, seorang Elgran Azelvin Almaraja merasakan kesedihan yang begitu luar biasa dalam hidupnya. Kesedihan yang membekas sangat lama dihatinya. Terlebih, orang yang pergi adalah istri tercintanya sendiri.

Semua anggota keluarga telah meninggalkan makam sejak tadi. Tapi tidak untuk Elgran. Lelaki itu masih tetap berdiri di depan makam istrinya. Menatap dengan tatapan kosong dan sesekali kembali menangis.

"Mana janji kamu? Katanya kita mau besarin anak kita sama sama?" lirihnya sambil tersenyum simpul.

"Kamu bohong, Cel. Kamu bohong..." Elgran menangis dan memeluk sebuah gundukan tanah dengan batu nisan yang bertulis nama Acella M. Adhitamana disana.

Ia menangis seorang diri tanpa ada yang mengetahui. Rasa sakitnya begitu dalam. Dadanya seperti ditusuk oleh ribuan pisau besi. Elgran benar benar tidak sanggup melihat ini semua.

Elgran tersenyum miris. Lelaki itu kemudian kembali menatap sebuah gundukan tanah dengan mata yang masih basah. "Selamat tidur dan selamat jalan, Sayang..." ucapnya memandangi satu bingkai foto Acella di depan batu nisan itu.

***

Elgran berdiri di sebuah taman sepi. Tidak ada orang disana. Yang terdengar hanyalah bunyi jangkrik malam dan burung burung. Elgran menatap langit malam berhiaskan bintang dan bulan yang terang.

LOOK AT ME - [REVISI]Where stories live. Discover now