Chapter 5

152 99 23
                                    

Holaa guyss, happy reading yaa

❍❍❍

Malam ini Cakra dan Gilang harus pulang kerumahnya masing-masing karena tidak bisa terlalu lama dirumah Rifki.

Setelah Cakra dan Gilang sudah benar-benar tidak ada dirumah Rifki, ntah mengapa Rifki merasa berbeda dan kesepian. Dirumah yang besar seperti ini Rifki membutuhkan teman agar tidak merasakan sepi dirumahnya sendiri.

Rifki memutuskan untuk duduk di balkon kamarnya dengan menikmati angin malam yang menerpa kulit wajahnya.

Rifki menghela nafas berat

“Seharusnya mereka lebih lama disini, gue kalo sendirian dirumah ngerasa gapunya siapa-siapa” ucap Rifki

“Kapan bokap nyokap gue pulang dan liat gue? Seengganya mereka telfon gue nanyain kabar, tapi mungkin aja mereka sibuk disana” sambung Rifki

Rifki memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu yang menyambungkan antara kamar dan balkon itu. Dari pada Rifki harus menunggu kedua orang tuanya terlebih dahulu yang menelfon untuk menanyai kabar, lebih baik Rifki yang terlebih dahulu mengirim pesan kepada orang tuanya

Keluarga Asiqeu

Anda
Halo ma, pa. Apa kabar? Kapan kalian pulang?

“Ah palingan sibuk, gapapa tunggu aja sampe mereka bales” ucap Rifki lalu menaruh handphonenya ke atas nakas.

Rifki naik keatas kasurnya dan mengambil buku baca yang akan ia selesaikan bulan ini, tapi ntahlah apakah bisa secepat itu.

Selama membaca buku tersebut Rifki sangat tidak fokus, ia hanya memikirkan betapa senangnya dunianya saat Rifki hanya tau bermain dan bermain. Secara perlahan ingatan itu kembali

~

“Mama mama, nanti kalo aku udah besar aku mau jadi orang kaya. Biar kaya mama sama papa bisa beli banyak barang” ucap seorang Rifki kecil yang sedang menceritakan cita-citanya

“Iya nak, nanti kamu harus sekolah yang pinter ya supaya bisa jadi kaya papa. Tugas kamu Cuma belajar dan bermain yang lain biar mama dan papa yang urus, oke jagoan mama?” ucap wanita muda

“Oke mama, pokoknya aku harus jadi orang pinter kaya papa. Biar mama sama papa bangga sama Iki” ucap Rifki kecil yang sedang membayangkan mmenjadi seorang hakim

Seorang laki-laki muda datang dari arah kamar, dan tak sengaja mendengar ucapan putra kecilnya tadi.

“Iki, apapun yang Iki lakukan mama sama papa pasti bangga, asalkan yang kamu lakukan itu baik ya nak. Kamu pasti bisa jadi lebih dari papa oke?” ucap laki-laki muda itu kepada putra kecilnya dan dibalas anggukan kecil.

~

Sungguh, jika Rifki mengingat akan masa-masa itu rasanya ia ingin sekali tidak cepat-cepat dewasa. Dan pada akhirnya Rifki kecil dulu yang membayangkan betapa serunya menjadi dewasa ia tarik kembali perkataan itu.

Dewasa tidak selamanya tentang bersenang-senang tapi banyak hal yang harus di pelajari dalam kedewasaan ini.

Lamunan Rifki terbuyarkan saat handphone yang berada di atas nakas berbunyi, ia tidak berharap banyak jika itu jawaban kedua orang tuanya.

Rifki tersenyum senang ketika melihat pesan yang tadi ia kirim kepada orang tuanya ternyata di balas, sungguh melihat notifikasi dari kedua orang tuanya saja Rifki sudah merasa bersyukur.

Keluarga Asiqeu

Anda
Halo ma, pa. Apa kabar? Kapan kalian pulang?

Mom
Halo anakku, kabar kami disini baik-baik saja. Kamu gimana disana? Gimana sama kuliahnya? Cerita sama mama dan papa ya nak

Anda
Kabar Iki disini baik ma. Aku bakal telfon mama sama papa besok malem ya? Kalo ada waktu bilang Iki ya ma. Mama sama papa kapan pulang?

Dad
Syukur deh kalo kabar kamu baik disana, mungkin bulan depan mama sama papa ambil cuti nak

Anda
Wahhh, Iki seneng kalo mama papa pulang. Tapi kalo emang masih banyak kerjaan di selesaikan aja dulu ma, pa

Dad
Pekerjaan pastinya akan beres nak, kamu tunggu kami dirumah ya? Secepatnya kami akan pulang

Anda
Oke ma, pa. Btw 6 hari lagi aku ada jadwal naik gunung sama team di sekolah, doain supaya lancar ya ma, pa.

Mom
Pasti Iki, kamu hati-hati ya

 

Rifki memutuskan untuk tidak membalas pesan ibunya dan memutuskan untuk membacanya saja.

Rifki duduk di sofa yang ada pada kamarnya dan teringat dengan pesan ayahnya “mungkin bulan depan mama sama papa balik cuti nak”. Rifki hanya tersenyum dan mengingat pesan yang sama, yang di kirimkan oleh ayahnya tahun lalu “semoga ga omong kosong lagi ya pa” ucap Rifki

Hola guyss makasi banget yang udah baca, jangan lupa tinggalin jejak ya biar aku lebih semangat lagi nulisnya.
See u di next chapter yaaa

Mahasiswa & Kenangannya (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang