Chapter 39

26 17 0
                                    

Holaa guyss, happy reading yaa
❍❍❍

Pagi ini pukul setengah tujuh, Rifki sudah sibuk di dapur untuk memasakkan sarapan untuk kedua orang tuanya. Rifki memasakkan beberapa menu lauk kesukaan Ayah dan Ibunya.

Ibu keluar dari kamar saat mendengar sedang ada yang masak di dapur. Ibu penasaran, apa yang sedang di masak anak laki-lakinya itu. Ibu menepuk bahu Rifki lalu mengambil sebuah gelas untuk mengambil air mineral.

“Lagi masak buat sarapan ya Ki?”

“Iya ma. Iky buatin makanan kesukaan mama dan papa, sekalian Iky masak banyak.”

“Wihh ada nasi goreng sama cumi goreng tepung. Anak mama pinter masaknya, nanti mama coba ya? Mama mau bersih-bersih dulu.” ibu berjalan menjauhi dapur dan kembali ke kamarnya.

Sekitar dua puluh lima menit Rifki memasak, akhirnya masakan Rifki matang dan Rifki menata beberapa menu masakkannya itu di atas meja makan. Tak lama ketika Rifki sudah menyiapkan sarapan, kedua orang tuanya keluar dari kamar bersama dengan pakaian yang sudah rapi.

“Sarapan dulu Ma, Pa.” ujar Rifki.

“Kamu juga ikut sarapan sama Mama Papa Iky!” ujar Ayah saat melihat anak laki-lakinya yang akan menaiki tangga menuju kamarnya.

“Iky bau bawang Pa. Iky mau mandi dulu!”

“Iya Ki. Mandi gih, Mama Papa nunggu kamu baru kita sarapan bareng ya?”

“Oke Ma.” Rifki langsung berjalan menaiki tangga menuju kamarnya dengan sedikit berlari.

Sepuluh menit berlalu. Rifki saat ini sudah berada di meja makan dengan Ayah dan Ibunya. “Gimana Ma Pa masakan Iky?” tanya Rifki takut-takut jika rasanya terlalu asin.

“Ini enak sekali Rifki. Bahkan lebih enak dari masakkan mama, kamu jago masak ya!” puji Ibunya.

“Ah Mama jangan berlebihan gitu. Masih enakan masakkan mamalah! Kan mama jagonya masak di rumah!”

“Ki. Jangan lupa dengan cafe kamu ya? Cafe-nya masih di renovasi. Papa harap, setelah cafe-nya di renovasi kamu sudah mulai cari refrensi bentuk dalam cafe kamu.” tutur Ayah.

“Siap Pa! Pokoknya nanti sepulangnya Papa dari Jerman, Rifki pastikan cafe-nya sudah banyak pelanggan.”

“Papa suka semangat kamu Ki!”

•••

Rifki sedang membantu Ibu mengeluarkan koper untuk di taruh di bagasi belakang. Setelah semua koper sudah masuk ke dalam bagasi, Rifki masuk ke dalam mobil untuk memanaskan mesin mobil.

“Berangkat sekarang Ki. Mama panggilin Papa di dalem ya” ujar Ibu dan di balas anggukan oleh Rifki.

Ibu masuk ke dalam untuk memanggil Ayah, sedangkan Rifki masih berlarut dalam sedihnya karena harus tinggal sendiri lagi di Indonesia. Rifki, Ibu, dan Ayah masuk ke dalam mobil. Rifki melajukan mobilnya dengan kecepatan standar untuk menuju ke bandara.

Setelah satu jam lebih berada di jalan, mobil Rifki tiba di bandara. Rifki membantu Ibu dan Ayah menurunkan koper, koper-koper itu kemudian di berikan kepada Ayah dan Ibu. Rifki memeluk Ibu dan Ayahnya sebelum masuk ke dalam bandara.

“Kamu baik-baik ya nak di sini?”

“Pasti Ma. Papa jaga mama ya? Jangan sampe ada yang lecet loh!”

“Pasti lah Ki.”

“Ya sudah. Mama dan Papa masuk ya? See you Iky!” ujar Mama lalu masuk ke dalam bandara.

Mahasiswa & Kenangannya (On Going) Where stories live. Discover now