06

8.4K 885 97
                                    

Gue mau menekankan kalau cerita ini bukan cerita tentang mafia ya🙏🏻

warning!
Part ini ada adegan yang mungkin akan membuat kalian kurang nyaman.

Dan karena beberapa dari kalian ngedm gue buat bikin part uwu nya dulu, jadi untuk beberapa part kedepan gua ga akan bahas konfliknya dulu ya😉

Maaf baru bisa update, empat hari yang lalu gue lupa password akun ini dan baru bisa gue reset kemarin malam ehehe😁

enjoy ya!😊

jangan lupa vote & komennya<3

jangan lupa vote & komennya<3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kunci mobil"

Rasel menyodorkan tangan kanannya ke hadapan Jehan. Meskipun lelaki itu sudah menjelaskan ditambah suaminya itu berkata sesuatu yang menyinggung kematian orang tuanya membuat mood Rasel hancur seketika.

Dan apa? Orang tuanya dibunuh? Lelucon macam apa itu?

Hal ini membuat Rasel memutuskan untuk pergi karena merasa tidak sanggup menerima sepatah dua patah kalimat yang baru ia dengar beberapa saat yang lalu.

Rasel bertekad pada dirinya akan melupakan apa yang Jehan katakan hari ini. Kalau ini kebenaran dari kemisteriusan sang suami, lebih baik Rasel tidak mendengarkannya.

Pokoknya Rasel mau pergi dari tempat seperti ini, menjernihkan pikirannya, tidak mau melihat muka Jehan dulu.

Wajar kan kalau Rasel bersikap seperti itu?

"Buat apa?" tanya Jehan bingung.

"Pulang. Gue ngga mau ada di tempat ini," jawab Rasel tidak berintonasi.

Jehan menghela nafasnya, "Sel.."

"Lo salah, Jehan. Orang tua gue meninggal karna kecelakaan, bukan dibunuh!" sanggah Rasel sedikit menggeram.

"Kunci mobilnya siniin. Lo bisa pulang pake mobil sekretaris lo kan?"

Reaksi Rasel gini sangat sesuai dugaannya. Apa yang mamahnya katakan tidak sepenuhnya benar, perempuan itu malah mengelak mentah-mentah.

Jehan sudah menduga kalau Rasel tidak akan langsung mengakui fakta yang ia ungkap tadi.

"Rasel, gue pengen lo jujur. Please?"

Rasel melipat tangannya dan memberikan tatapan datar yang tidak pernah ia tunjukkan kepada siapapun.

"I said it's not true, Jehan"

"Gue udah cerita tentang kematian orang tua gue kan? Sekarang lo bilang orang tua gue dibunuh? What kind of bullshit is that?"

Lagi-lagi Jehan menghela napasnya. Tangannya mengusap kasar wajahnya dan menatap Rasel dengan tatapan sayu seolah merasa putus asa.

The Fate of Us | JaerosèWhere stories live. Discover now