19

4.8K 602 133
                                    

22.04

APA KABAR?? sini absen dulu wqwq

i'm back, miss me? Em yya gue yakin kalian kangennya Jehan sama Rasel :)

Harap maklum kalo ada typo ygy

enjoyy

Jehan menyimpan jas hitamnya di atas meja lemari khusus sekumpulan jam tangan serta dasinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jehan menyimpan jas hitamnya di atas meja lemari khusus sekumpulan jam tangan serta dasinya. Ia menopang tubuhnya dengan kedua tangan di atas meja tersebut sambil menundukkan kepalanya.

Helaan nafas keluar dari hidung Jehan menandakan pria itu sedang merasa putus asa. Padahal ia bukan tipikal yang mudah menyerah, tetapi mengapa bisa keadaan memaksanya hampir angkat tangan begini?

Ini pukul dua malam namun Jehan tidak merasa kantuk sama sekali karena pikirannya tak henti tertuju kepada Rasel yang entah bagaimana keadaannya diluar sana. Meskipun Jehan yakin istrinya itu baik-baik saja tetapi tetap saja hatinya begitu resah, takut jika sesuatu diluar dugaannya terjadi.

"Maafin gue, Sel"

Beberapa menit setelah merenung, Jehan mengangkat kepalanya dan kedua mata tajam miliknya langsung tertuju pada baju-baju dan barang lainnya milik Rasel yang tertata rapih tepat di samping lemari bagiannya.

Belum genap duapuluh empat jam namun Jehan mengakui kali ini ia merindukan istrinya.

Tak lama kemudian Jehan teringat akan sesuatu dan dia pun menghampiri laci dibawah gantungan tataan bajunya. Jehan mengambil sebuah buku dari dalam sana, ia lupa bahwa dirinya memiliki benda ini dan belum sempat membaca isinya.

Apakah kalian mengingat buku diary Rasel yang Jisya berikan kepadanya?

Jehan mengambil nafas dalam-dalam sebelum dihembuskan secara kasar lalu membuka buku dan membacanya secara seksama satu per satu halaman.

Di beberapa halaman awal, Rasel mencurahkan isi hatinya mengenai kehidupan sekolahnya dulu. Sesekali Jehan tertawa kecil, membuatnya cukup terhibur hanya dari cara penulisan Rasel.

Lalu Jehan meringis pilu saat membaca satu bagian dimana Rasel menceritakan masa-masa kelam ketika istrinya itu dirundung hanya karena dia tidak memiliki orang tua semasa bangku SMA.

Tambah lagi cerita yang paling menakutkan di beberapa halaman terakhir, Jehan membacanya dengan serius karena tidak ingin melewatkan satu katapun dari kejadian yang bisa dibilang mimpi buruk bukan hanya bagi Rasel tapi juga bagi Jehan sendiri.

Kejadian duabelas tahun lalu yang memakan nyawa ayahnya dan satu pasangan yang tidak diduga mereka adalah orang tua Rasel.

Kalau dipikir-pikir, pertemuan Jehan dan Rasel bisa disebut takdir. Padahal awalnya Jehan sungguh tidak ada ketertarikan terhadap Rasel, namun seiring berjalannya waktu Jehan disadari oleh kenyataan bahwa wanita asing yang ia nikahi ternyata ada sangkut pautnya dengan kematian ayahnya.

The Fate of Us | JaerosèWhere stories live. Discover now