Bagaimana jadinya apabila seorang Ketua Dewan Rumah Sakit secara tiba-tiba 'melamar' salah satu dokter residen untuk menjadi menantunya.
"Mau jadi menantu saya ngga?"
[ON-GOING]
Sebelum baca part ini kalian coba baca dulu part sebelumnya ya
Janlupa jg votes & commentnya ygy🌚
Siapa yang bisa nebak hubungan antara keluarga Kanagara sm Abiyaksa?
Let's found out here, enjoy!
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Kalo gitu aku sama Yaslan juga balik ke markas dulu ya, Bu? Nanti malem kesini lagi kok,"
Tania mengangguk lesu sambil tersenyum tipis, "Hati-hati ya, Al"
Alaya mengacungkan ibu jarinya ke arah Tania, lalu ia berlempar tatap ke arah Ezzra yang sedang berdiri melamun di sebelah sana. "Psst! Zra?"
Lamunan Ezzra buyar dengan mudah, dirinya mendongak begitu mendengar interupsi Alaya.
"Lo mau ikut balik ke markas apa gimana?" tanya perempuan itu.
Tania melirik Ezzra sebelum berdeham sengaja untuk mengalihkan Alaya. "Ibu minta Ezzra disini dulu, Al"
Alaya ber oh ria sembari mengangguk paham, tak lama kemudian dia keluar dan menyusul Yaslan setelah berpamitan, "Dadah, Ibu!!"
Kepergian Alaya membuat Ezzra mendekat ke ranjang Tania dan duduk pada kursi yang ada disitu. "Ada apa, Bu?"
Tania memberi isyarat kepada asisten yang sangat setia di sampingnya bahkan dari ketika Tania tidak sadarkan diri, untuk keluar dan meninggalkannya bersama Ezzra, seolah Tania ingin membahas sesuatu yang penting namun tak ingin orang lain tau.
"Ibu mau kamu dulu yang tau ini," ucap Tania begitu asistennya pergi.
Mendengar keseriusan dari intonasi Tania, Ezzra bersiap diri untuk mendengar apa yang akan Tani katakan.
"Jehan, Kana sama Jendra pasti marah besar karena ada kandungan alkohol di tubuh ibu dan itu yang buat ibu pingsan"
Ezzra menatap Tania yang sudah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri, "Ibu ngga bisa minum alkohol tapi tiba-tiba di tubuh ibu malah ada kandungan itu bahkan sampe bikin ibu pingsan, wajar mereka marah--"
"Ibu tau. Tapi, Zra, sebelum ibu pingsan ibu sempet panggil seseorang karena ada urusan pasien. Selama itu, ibu bisa mastiin ngga ada orang lain di dalem ruangan selain ibu sama orang ini--"
Sepertinya sesuatu yang Tania katakan jauh lebih serius dari bayangannya, lebih tepatnya Tania menceritakan kronologi sebelum Tania benar-benar jatuh pingsan.
"Bahkan orang itu yang nyediain minum secara sukarela. Awalnya ibu ngga ngerasa ada yang aneh sampe tegukan pertama ibu bisa langsung ngerasain minuman itu dikasih alkohol. Dari situ ibu curiga,"
