01. Kesepakatan Dua Keluarga

746 35 0
                                    

"Jangan sampai Bella tau, kalau dulu kita punya hubungan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jangan sampai Bella tau, kalau dulu kita punya hubungan." Gadis berambut cokelat itu berucap dengan dingin pada lelaki di hadapannya.

Angin berembus pelan, menerbangkan helai demi helai rambut keduanya. Dalam keheningan itu, mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Tapi Dar, saya masih sayang sama kamu." Bukan seperti keinginan, lelaki di hadapannya justru menjawab demikian.

Darla terdiam. Sudah begitu lama ia tidak bertemu dengan mantan kekasihnya. Lelaki yang sangat ia benci itu rupanya telah dijodohkan dengan adiknya, Arabella Gwen Fay.

"Tapi aku benci sama kamu, Vin!" ujarnya.

Padahal, dulu ia sangat mencintai lelaki di hadapannya ini. Ia mencintai Alvin dengan seluruh hatinya, tanpa memakai logika sedikitpun. Hasilnya, kehancuran yang ia dapat juga sangat besar.

"Kenapa?" Alvin tetap kekeuh. Saat mengetahui bahwa Darla adalah kakak Bella-orang yang dijodohkan dengannya, Alvin sungguh terkejut. Selama ini mencari wanita yang ia sayang ke mana-mana, ternyata wanita itu tidak pernah lari jauh-jauh darinya.

Darla menghela napas. Ia kemudian menatap tajam ke arah Alvin. "Pokoknya, jangan sampe Bella tau," ujarnya setelah itu berlalu dari taman itu.

***

Darla memasuki ruang tamu yang juga terdapat keluarga Alvin. Tangannya tak berhenti mengepal, menahan amarah juga ... rasa sakit?

Entahlah, setelah melihat sosok Alvin kembali, luka lama yang sudah hampir pulih kembali terbuka. Ingatan akan pengkhianatan Alvin tiga tahun lalu kembali terekam di kepalanya. Ia marah. Setelah menghindar cukup lama, tak disangka akan dipertemukan dengan cara seperti ini.

Tak lama kemudian, sosok Alvin muncul. Tak ada seorang pun yang curiga kepada keduanya. Darla mendudukkan bokong di samping sang adik.

"Kak, aku belum mau nikah! Aku juga punya pacar, masa nikah sama orang ini, sih?" bisik Bella.

Darla melirik menggunakan ekor mata, kemudian membalas berbisik. "Sst, diem. Kalo kamu nikah sama dia, hidup kamu akan terjamin. Kamu tau, kan, dia itu yang akan menggantikan ayahnya menjadi direktur?"

"Biarin! Pokoknya aku gak mau nikah sama dia!" Tiba-tiba, Bella berteriak sembari berdiri. Ia juga menunjuk Alvin dengan tegas.

Semua orang yang ada di sana sontak terkejut. Adrik-ayah Darla-segera memberi kode kepada putri bungsunya itu untuk kembali duduk dan tidak membuat onar.

"Ekhem, maafkan sikap anak saya, ya, Jeng. Maklum dia masih remaja, usianya belum matang, jadi masih labil," ujar Roza, ibu dari Darla dan Bella.

Alvin tak memedulikan hal itu. Matanya terus menatap ke arah Darla. Wanita itu menyadari tatapan Alvin, makanya ia sebisa mungkin tidak menatap Alvin.

"Tidak apa-apa, Roza. Aku mengerti, anak zaman sekarang pasti gak suka dijodohkan. Tapi, kalau bukan sama anaknya Arik, saya mana mau menikahkan putraku dengan orang lain," balas Ivan, ayah Alvin.

Sementara itu, Galina-ibu Alvin-menatap tak suka pada Bella. Dari awal dia memang menentang perjodohan ini karena dia juga punya calonnya sendiri untuk Alvin. Namun, ia tidak mampu membantah perkataan Ivan, jika tidak seluruh aset beserta ATM-nya akan disita dan dibekukan.

"Ma ... Bella gak mau. Pokoknya gak mau!" Gadis itu berdiri dan berlari menuju kamarnya. Darla segera menyusulnya untuk menghibur sang adik. Alvin menatap kepergian Darla dengan sendu. Benarkah mereka tidak mungkin lagi untuk kembali bersama?

***

"Oke, berarti kita sepakat pernikahannya dua bulan lagi, ya. Segala persiapan pernikahan akan diurus oleh WO yang sudah dipesan oleh keluarga kami. Semoga kita bisa menjadi besan yang baik, Rik." Kedua pria setengah baya itu bersalaman. Akhirnya, mereka sepakat untuk tetap menikahkan Bella dan Alvin.

Terpancar jelas kebahagiaan dari kedua lelaki itu. Mereka memang sudah berencana menikahkan anak-anak mereka sejak lahir. Keduanya merupakan sahabat dalam dunia bisnis, jadi tidak akan merasa rugi jika harus berhubungan satu sama lain.

"Baik, baik. Saya akan membujuk Bella. Dia seperti itu karena masih syok. Tidak disangka sebentar lagi kita akan jadi keluarga, Van."

"Lho, memang dari dulu kita merupakan keluarga, hahaha!"

Darla yang mendengar itu hanya bisa memeluk adiknya yang tengah menangis. Ia sendiri juga tidak menyangka, orang tuanya akan menjodohkan Bella. Sudah zaman apa ini, kenapa masih ada saja perjodohan semacam ini?

Sebenarnya, jika Bella mau dijodohkan ia juga tak akan semarah ini. Namun, melihat adik kesayangannya menangis, ia juga turut bersedih. Di dunia ini, tidak ada yang lebih berharga dari adiknya.

Dari kecil, ia selalu berusaha membuat Bella tersenyum. Semua barang yang ia punya, jika Bella sudah memintanya maka akan ia kasih secara ikhlas. Namun, sekarang ia harus melihat adiknya sendiri menangis di dekapannya.

Iya, iya, tau ini pendek

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Iya, iya, tau ini pendek. Tapi saya memang tipe yang kalau nulis harus pendek, biar nanti kalaupun part selanjutnya udah gak nyambung, senggaknya masih bisa diberi penjelasan.

Semoga suka part ini 🌹

My Bad Husband [On Going]Where stories live. Discover now