24. Gagal

365 24 1
                                    

Bella berjalan pontang-panting di jalanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bella berjalan pontang-panting di jalanan. Ia tidak tahu harus pulang ke mana. Ke rumah orang tuanya? Tidak, ia tidak ingin bertemu Darla untuk sekarang.

Gadis dengan rambut cokelat sebahu itu lantas teringat dengan Alice. Ya, tempat satu-satunya yang bisa ia tuju sekarang adalah apartemen sahabatnya itu. Namun, ia juga takut merepotkan Alice. Selama ini, gadis tomboy itu sudah banyak membantunya.

Helaan kasar keluar dari mulut kecilnya. Bella kembali murung. Jika ia menginap di hotel, uangnya tidak cukup untuk menginap seminggu. Belum lagi uang makan dan keperluan lainnya.

Ia benar-benar pusing sekarang. Dalam sekejap hidupnya begitu berantakan. Sebentar lagi hari ulang tahunnya, tetapi kali ini ia tidak berselera lagi untuk merayakannya.

Drrt-drrtt!

Tiba-tiba, getaran kecil ia rasakan dari saku celana jeans-nya. Segera ia raih benda pipih berbentuk segi panjang itu dan melihat siapa yang menelepon. Alice, nama gadis itu yang terpampang jelas di layar ponselnya.

Dengan pelan ia mendekatkan benda itu ke telinga. "Halo! Bel, Bella. Lo di mana?" Suara khas cemas terdengar dari seberang sana.

Bella hanya terdiam. Ia ingin kembali menangis, tetapi air matanya seakan sudah habis terkuras.

"Bel, jawab! Lo di mana sekarang? Om Adrik tadi nelepon gue, gue udah tau semuanya. Sekarang lo di mana, Bel?"

"Al ...," lirihnya pelan, begitu menyayat hati. Terdengar begitu pasrah. Isakan kecil keluar dari mulut gadis itu.

"Bel, tenang dulu, ya. Lo jangan pikirin atau lakuin hal yang macem-macem sekarang. Denger gak? Lo sharelock sekarang juga, gue jemput lo. Inget, jangan ngelakuin hal-hal yang bakal bahayain diri lo sendiri, oke?"

"Hmm ... oke."

Setelah Alice memutuskan telepon secara sepihak, Bella segera mengirim lokasinya kepada gadis itu. Ia kemudian duduk di tepi jalan yang sudah cukup sepi itu sembari memeluk lututnya sendiri.

***

"Papa benar-benar tidak menyangka sama apa yang kamu lakukan, Darla. Kamu bukan hanya bikin adik kamu kecewa, tapi Papa sama Mama juga ikut kecewa!" bentak Adrik di rumah.

Darla tertegun mendengar amarah sang ayah. Ini pertama kalinya Adrik begitu marah padanya.

"Sekarang bahkan kita tidak tau di mana keberadaan Bella. Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya di luar sana?!"

Untuk pertama kalinya pula Darla melihat ayahnya menangis. Bukan, ayahnya marah sembari meneteskan air mata. Itu adalah bentuk betapa kecewanya Adrik padanya.

"Maaf, Pa ... Darla nyesel," ujar Darla sembari menunduk. Air matanya tak kuasa lagi ia bendung. Bagaimanapun, ia sadar kalau dirinya salah.

"Tidak ada gunanya kamu menyesal sekarang, Darla. Bella menikah dengan Alvin itu karena menggantikan posisi kamu! Papa terpaksa harus memisahkan dia dengan orang yang dia cintai hanya demi perjanjian Papa dan ayahnya Alvin. Sekarang, Papa lebih menyesal kenapa dulu tidak bersikap sekeras itu kepada kamu!"

My Bad Husband [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang