SEASON 2 : 45. Ungkapan.

287 10 5
                                    

Suasana London di malam hari seolah menambah kesan estetik pada kota ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana London di malam hari seolah menambah kesan estetik pada kota ini. Bangunan-bangunan khas London berjejer di mana-mana. Bella mengembuskan napas gusar, ia dapat melihat bayangan dirinya dari kaca pintu mobil.

Di sampingnya ada Gibran yang tengah fokus menyetir. Setelah pertemuan mengejutkan tadi, mereka makan dengan suasana canggung yang sesekali hanya diselingi obrolan-obrolan yang juga terasa canggung.

Timothy dan Alice juga berada di mobil belakang, mobil yang berbeda dengan mereka. Pikiran gadis itu berkecamuk, entah karena apa. Yang pasti, perasaannya mendadak menjadi gelisah setelah melihat Gibran.

"Kamu kaget banget, ya, Bel, sampe ngelamun gitu?" Suara bariton milik Gibran memecah keheningan di antara mereka.

Bella menoleh kepada lelaki itu. Ia lantas memerhatikan jas yang dikenakan oleh Gibran. Jasnya tampak mahal.

"Enggak. Aku emang gini orangnya," jawab Bella seadanya.

Gibran terkekeh. Hal itu membuat Bella bingung. Memangnya ada yang lucu?

"Kamu berubah, ya, Bella. Dulu kamu sangat ceria dan cerewet. Apa yang membuatmu menjadi seperti ini?" tanya Gibran.

"Kamu juga berubah," ujar Bella dengan spontan tanpa ada niatan untuk menjawab pertanyaan dari Gibran. Gadis itu kembali mengalihkan pandangannya ke luar pintu mobil.

"Aku sudah dengar semuanya dari Alice!"

Bella menoleh dengan kaget. Membuat Gibran menyunggingkan senyum. Bella merasakan perasaan rindu melihat lesung pipi laki-laki itu. Laki-laki yang pernah menjadi kekasihnya juga laki-laki yang pernah sangat ia cintai.

"O--oh, baguslah. Bay the way, gimana kabar kamu selama ini?" Bella berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Kamu terlambat nanyanya, harusnya dari tadi, dong. Aku, ya, gini. Seperti yang kamu lihat. Aku sehat dan ..."

"... aku sudah mapan, Bella!" Gibran menoleh ke arah Bella dengan tatapan penuh arti.

Sementara Bella hanya bisa tersenyum mendengar itu. Ia tahu apa maksud Gibran. Ia tahu betul.

Gibran ingin menunjukkan bahwa dia yang sekarang sudah sukses. Mungkin ini bentuk balas dendam laki-laki itu terhadap kejadian 6 tahun yang lalu, di mana ia direndahkan dengan begitu hinanya oleh ayah Bella. Gibran ingin membuktikan bahwa dia juga bisa punya masa depan yang cerah.

Bella mengangguk. "Syukurlah, aku turut seneng dengarnya."

Sungguh, Bella tidak nyaman berada dalam obrolan canggung ini. Ia tahu betul Alice sengaja menyeret Timothy yang baru dia kenal untuk ikut bersamanya karena ada maksud terselubung. Namun, walau bagaimanapun hal ini justru membuat Bella tidak nyaman karena ia masih sangat merasa bersalah terhadap Gibran.

"Kamu sendiri? Bagaimana kehidupanmu? Bagaimana kabarmu? Aku dengar Kak Darla meninggal. Aku turut berduka, ya," ungkap Gibran.

"Aku, ya, cukup menikmati hidup yang dalam penyesalan ini. Setelah kepergian Kak Darla, aku selalu ngerasa gak berhak buat mencicipi kebahagiaan lagi, Gib." Bella menghela napas, setelahnya tersenyum pahit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Bad Husband [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang