03. Patah Hati

288 16 0
                                    

"Kalo dia gak sama aku lagi gimana, ya?"

_Arabella Gwen Fay_

Sesuai janjinya, Gibran datang ke rumah Bella setelah dari tempat kerja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sesuai janjinya, Gibran datang ke rumah Bella setelah dari tempat kerja. Ia juga tak melupakan martabak cokelat kesukaan kekasihnya itu.

Setelah beberapa menit menekan bel, akhirnya muncul seorang asisten rumah tangga dari dalam rumah.

"Bu, Bella-nya ada?" tanya Gibran sopan.

ART itu tampak kebingungan. Tentu saja ia tahu kalau tuannya tidak menyukai pemuda di hadapannya ini. Ia harus cepat-cepat mengusir Gibran dari sini, sebelum dilihat oleh Adrik. Namun, ia tidak tahu harus bagaimana mengusirnya.

Senyum tulus Gibran, juga sopan santun yang pemuda itu bawa membuat siapa pun segan untuk langsung mengusir.

"Anu ... maaf Nak Gibran. Lebih baik, Nak Gibran pulang saja, ya," ujarnya tak enak hati.

Gibran tampak kebingungan. Kenapa tiba-tiba disuruh pulang, baru juga sampai, pikirnya.

"Em ... tapi kenapa, ya, Bu?"

ART itu celingak-celinguk, merasa gelisah juga kasihan. Namun, ia tidak mau dipecat oleh Adrik jika sampai membiarkan Gibran masuk.

"M-memangnya Non Bella belum kasih tahu Nak Gibran, ya?"

"Kasih tahu apa? Saya ke sini karena dia bilang kalo dia kangen, Bu, hehe!" Gibran menyengir polos, membuat ART itu semakin tidak tega memberitahu perihal perjodohan itu.

"Begini Nak, Non Bella ...." Ia menggantung ucapan, benar-benar tidak tega memberi tahu. "Non Bella sebentar lagi akan menikah ... dengan laki-laki pilihan Tuan." Tega tidak tega, ART itu tetap harus memberitahunya. Toh sama saja, cepat atau lambat Gibran juga akan tahu. Semakin lama justru akan semakin menyakitkan.

Gibran terdiam sejenak, kemudian terkekeh kecil. "Ah, Ibu kalo becanda paling bisa!" ujarnya kemudian.

"Ibu gak becanda, Nak. Lebih baik kamu cepat pulang, sebelum Tuan melihat kehadiran Nak Gibran di sini. Bisa-bisa, Nak Gibran kena marah oleh Tuan." Setelah mengucapkan itu, ART itu langsung menutup kembali pintu.

Bingkisan yang dibawa oleh Gibran terlepas begitu saja dari tangannya. Sesuatu yang menyakitkan seolah menusuk dadanya di satu titik. Ia memegang dadanya, air matanya meleleh tanpa permisi.

Setelah terdiam cukup lama, laki-laki berkulit sawo matang itu kembali memungut martabak yang jatuh, kemudian pergi begitu saja.

Sementara itu, Darla dari tadi menyaksikan kejadian tersebut. Ia ingin sekali memberi penjelasan yang lebih baik kepada Gibran, tetapi biarlah semuanya seperti ini. Mau diberi penjelasan seperti apa pun juga pasti hati pemuda itu akan tetap terluka.

Di tengah perjalanan, ia menelepon Bella. Tak perlu waktu lama untuk gadis itu mengangkat telepon.

"Hai! Udah di mana? Jangan dateng kemaleman, kamu juga harus istirahat."

My Bad Husband [On Going]Where stories live. Discover now