SEASON 2 : 35. Mabuk

242 18 0
                                    

"Wah, benarkah? Ah, iyah juga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Wah, benarkah? Ah, iyah juga. Justru aneh jika Direktur belum menikah. Siapa yang tidak tertarik dengan orang seperti Direktur, haha."

Bella termenung. Ia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Alvin, tetapi tidak bisa. Jika memang sudah menikah, kenapa masih melakukan ini padanya? Apakah Alvin akan berselingkuh lagi dari istrinya? Lagipula, ia tidak mau jadi selingkuhan. Sampai mati tidak mau!

"Mrs. Bella also told us about Mrs. Bella's boyfriend!" (Ibu Bella juga ceritakan tentang pacar Bu Bella, dong) celetuk Timothy.

"Iya, Bu. Cerita dong! Maaf kalo kesannya kami lancang, mumpung bukan di kantor, bisa kan kita berbincang seperti teman?" sambung Vania.

"H--hah? Pacar? Pacar apa?" Bella bingung. Sejak kapan ia punya pacar.

"Itu loh, yang datang tempo hari ke kantor. Bu Bella kan langsung memeluknya saat itu, pasti dia pacar Anda, kan?"

Bella menatap Alvin yang kini menatapnya tajam. Atmosfer di sekitarnya terasa berat. Belum lagi tangannya yang sudah mulai berkeringat karena kehangatan genggaman Alvin.

"Ah, namanya Juno. Dia bukan pacar saya. Kami hanya bersahabat," ujar Bella sembari menyengir.

Mulutnya memang tersenyum lebar, tetapi hatinya sangat takut dan khawatir. Genggaman Alvin semakin kuat dan ia takut ada seseorang yang menyadari kelakuan Alvin ini. Satu-satunya hal yang ada di pikiran gadis itu adalah bagaimana caranya agar Alvin mau melepaskan tangannya.

"Dalam persahabatan antara laki-laki dan perempuan pasti selalu ada salah satu di antara mereka yang menyimpan perasaan." Secara tiba-tiba Haikal menyahut.

Semua orang terdiam. Haikal ini tipe pria yang dingin dan irit bicara. Dia juga tidak begitu tertarik dengan perbincangan semacam ini. Namun, kenapa kali ini dia menyahut? Suasana cangging mendominasi meja yang mereka duduki. Dasar Haikal, kenapa dia berbicara seperti itu di hadapan Bu Bella yang galak ini?

"Ah, hahaha. Tidak juga kok, saat saya SMA saya memiliki satu sahabat dan terbukti kan di antara kami tidak ada yang saling suka," ujar Vania.

Bohong. Sahabat yang Vania maksud itu adalah suaminya sekarang. Apanya yang tidak ada saling suka? Ia berbicara seperti itu hanya untuk mencairkan suasana.

Bella mengembuskan napas lega. Tidak mungkin juga Juno menyukainya. Dia yang polos itu percaya-percaya saja apa yang dikatakan oleh Vania. Sementara Alvin menatapnya sekilas dan tersenyum tipis.

'Bodoh, jelas-jelas dia berbohong. Ternyata kamu tidak pernah berubah,' batinnya.

"Iyah. Lagian kan dia masih lajang, belum pernah menikah. Mana mau dia sama orang sepertiku, hahah." Bella menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Kenapa suasana antara dia dan karyawannya canggung begini, sih? Dia jadi sedikit menyesal karena telah bersikap galak. Mungkin hal itulah penyebab adanya tembok di antara dia dan karyawannya. Lagian, dia tidak pernah membayangkan akan berkumpul seperti ini. Kenapa banyak sekali hal yang membuatnya stres? Dia benar-benar merasa akan gila.

***

"Wohoooo, lihatlah! Orang itu jalan sambil bergoyang hahah."

"Wah, barista itu bisa *kagebunshin?"

"Hei, wajahmu itu-hmph!"

Alvin menutup mulut Bella cepat-cepat karena ia tahu apa yang akan Bella katakan tentang wajahnya. Wanita ini sudah benar-benar mabuk.

"Tenanglah, toleransi alkoholku cukup tinggi, kok. Lanjutkan permainannya!" Bella beberapa menit yang lalu.

Lagaknya saja yang berkata bahwa dia bisa minum alkohol. Belum menghabiskan satu botol saja dia sudah seperti ini.

"Miss Bella better stop drinking now. He's really drunk," ujar Timothy.

"No, Timothy. I can still drink. Give me that good drink." Bella meminta botol minuman yang kini sudah berada di tangan Timothy.

Alvin menepuk jidatnya. Ia yakin, setelah sadar besok pagi, ia akan malu untuk melihat wajah para karyawannya.

"Sudahlah. Saya akan mengantar Bu Bella pulang. Kalian lanjut saja. Masalah tagihan sudah saya bayarkan," sahut Alvin.

Lelaki itu kemudian menarik tangan Bella, tetapi ditahan oleh gadis itu. "Kau mau bawa aku ke mana, brengsek!" teriaknya.

Alvin memejamkan mata menahan malu. Sementara karyawan lain melotot hingga rasanya mata mereka ingin keluar dari tempatnya. Bu Bella yang berbicara seperti itu, tetapi mereka yang merasa panas dingin. Vania bahkan hampir menyemburkan minuman yang ada di mulutnya.

"Saya akan membawamu ke tempat yang banyak minuman enaknya itu," ujar Alvin.

Mata wanita itu berbinar. Ia suka alkohol. Walaupun awalnya rasanya pahit dan tidak enak, tetapi ketika sudah terbiasa ia tidak ingin berhenti minum.

Bella mengangguk antusias dan langsung menggandeng tangan Alvin. Ia tidak sabar ingin menghabiskan 'minuman enak' itu sendirian. Benar-benar wanita yang serakah.

Akhirnya, mereka pulang bersama. Meninggalkan suasana horror yang tiba-tiba menyerang para karyawannya di tengah keramaian. Mereka masih syok. Tidak menyangka akan mendengar perkataan Bella yang seperti itu.

***

Di mobil, Bella seolah tak berhenti membuat ulah. Ia terus menekan tombol naik turun kaca mobil. Ia bilang itu lucu. Entah di mana letak kelucuannya. Valent tersenyum tulus.

Beberapa tahun belakangan, ia sangat tahu bagaimana kondisi Alvin setelah Bella pergi dan menghilang. Tuannya itu terpuruk. Perusahaan hampir mengalami krisis karena ia tidak mau keluar kamar. Jika tidak ada Ivan, mungkin sekarang Alvin sudah bangkrut.

Setelah melewati hari-hari yang begitu berat, akhirnya Alvin bangkit. Waktu itu Valent hanya melihat sekilas Ivan dan Alvin berbincang, lalu setelah itu Alvin sudah mau kembali ke perusahaan. Entah apa yang Ivan katakan pada anaknya itu.

"Panas banget," ucap Bella tiba-tiba.

Tangan gadis itu membuka kancing kemejanya satu persatu. Alvin gelagapan. Wanita ini benar-benar ... lain kali ia tidak boleh mabuk di depan laki-laki lain.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Alvin sembari menahan tangan mantan istrinya itu.

"Menyingkirlah. Aku panas! Kenapa tempat ini panas sekali, sih?" gerutunya. Padahal jelas-jelas AC mobil Alvin sudah sangat dingin.

Alvin kemudian memegang kedua tangan Bella, menahan pergerakan gadis itu. Pipinya sudah bersemu merah. Jangan sampai ia membuka pakaian di depan laki-laki lain.

*Laki-laki lain yang ia maksud adalah Valent.

"Valent, tidak usah ke apartemennya. Langsung ke rumah saja," peritnahnya pada Valent.

"Baik, Tuan."

Aduh, Alvin sabar ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aduh, Alvin sabar ya. Dia MANTAN istrimu loh, BUKAN istrimu lagi.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
a. Sampai rumah dan tidak terjadi apa-apa
b. Mereka memakai kamar yang terpisah.
c. Terjadi apa-apa saat di rumah.
d. Isi sendiri

*Kagebunshin = Jurus seribu bayangan

My Bad Husband [On Going]Where stories live. Discover now