04. Kilas Balik

229 20 0
                                    

Tujuh tahun lalu, saat umur Darla masih tujuh belas tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tujuh tahun lalu, saat umur Darla masih tujuh belas tahun. Seorang pemuda tampan berdiri di hadapannya sembari menyodorkan bucket bunga Lily kesukaannya.

Mereka berada di tengah lapangan sekolah. Darla menatap sekeliling, merasa malu. Namun, pemuda yang barusan menyatakan cinta itu merupakan orang yang juga ia sukai. Jantungnya berdebar hebat.

"Gimana?" Alvin menatap penuh harap padanya. Teman-teman mereka yang menonton hanya bisa bersorak bahagia, kecuali satu gadis. Ia tak suka melihat pemandangan di tengah lapangan itu.

Darla mengangguk pelan, lantas mengambil bucket itu. Terbit sebuah senyum lebar di bibir Alvin. Pemuda itu kemudian berdiri dan langsung memeluk Darla erat. Teman-teman mereka yang senang juga langsung berlari ke tengah lapangan.

Hari itu, Alvin menyatakan perasaannya tepat di hari kelulusan. Membuatnya merasakan bahagia berkali-kali lipat.

***

Darla tersenyum tipis saat mengingat momen tersebut. Namun, sedetik kemudian senyuman itu berubah miris.  Ia bangkit, lalu menambil sebuah kotak dari atas lemari.

Dibukanya kotak itu dengan pelan. Kotak itu berisi beberapa barang yang tersisa dari kisahnya dan Alvin. Ia meraih sebuah foto ukuran 4 × 6. Terpampang jelas wajahnya dan Alvin yang tengah tersenyum semringah, masih mengenakan seragam putih abu-abu. Itulah saat di mana Alvin menyatakan perasaannya.

Lalu ada sebuah kalung liontin berbentuk hati, diberikan oleh Alvin saat mereka resmi satu tahun pacaran.

"Di dalamnya ada foto aku," ujar Alvin.

"Hm? Kok, cuma foto kamu? Foto aku gak ada?"

"Enggak. Kalung itu seperti hati kamu, hanya boleh ada aku di dalamnya."

Setetes liquid bening mengalir, membentuk sungai kecil di mata Darla. Sudah begitu lama, kenapa ia masih belum bisa melupakan Alvin? Pun segala kenangan yang pemuda itu berikan.

Darla segera menutup kotak itu kembali, tak ingin melanjutkan. Ia tidak boleh seperti ini. Walau bagaimanapun, sebentar lagi Alvin akan menjadi suami dari adiknya, juga akan menjadi iparnya. Tidak baik jika ia masih terus menangisi lelaki yang jelas-jelas tidak boleh lagi ia tangisi.

Wanita itu bangkit kembali dan meletakkan kotak ke tempat semula, kemudian berlalu untuk turun ke lantai bawah.

***

Bella yang baru selesai sarapan berjalan kembali ke kamarnya. Namun, langkahnya dihentikan oleh pertanyaan dari Adrik.

"Mau ke mana?"

"Ke kamar, Pa," jawabnya dingin.

"Kamu tidak lihat, Alvin dari tadi di sini?" balas Adrik tak kalah dingin.

Bella mengalihkan atensi menatap Alvin yang juga tengah menatapnya. Gadis itu tak menunjukkan wajah ramah sedikit pun.

"Liat. Trus?" Ia kembali menatap sang ayah.

My Bad Husband [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang