05. Kawin Lari?!

242 16 0
                                    

Akhirya, setelah menempuh perjalanan yang lumayan macet, Bella sampai juga di Cafe Melati, tempat ia dan Gibran janjian untuk bertemu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Akhirya, setelah menempuh perjalanan yang lumayan macet, Bella sampai juga di Cafe Melati, tempat ia dan Gibran janjian untuk bertemu.

Bella mengenakan setelan dress putih tulang selutut, dengan sedikit aksesoris, lalu dilengkapi dengan sepatu putih. 

Mata gadis itu menatap ke sekeliling cafe, mencari sosok Gibran. Ia tersenyum saat melihat punggung laki-laki itu. Denga langkah pelan, Bella menghampirinya.

"Hai! Maaf, ya, telat tadi rada macet," ucap Bella canggung.

Bella menyadari mata Gibran sembab, pasti kekasihnya itu menangis semalaman. Begitupun dengan Gibran, ia juga memperhatikan mata lawan bicaranya ini yang sedikit bengkak.

Mereka terdiam cukup lama. Sama-sama merasa canggung setelah kejadian kemarin. Mereka juga tidak tahu harus berbicara apa. Alhasil, Bella mengambil inisiatif untuk memesan terlebih dahulu.

"Jadi ... kapan kamu akan menikah?" tanya Gibran.

Bella tertegun, tidak menyangka hal pertama yang keluar dari mulut Gibran adalah hal itu. Gibran bahkan tidak menanyakan kabarnya baik-baik saja atau tidak.

"Dua bulan lagi," jawabnya.

Pemuda itu mengangguk-angguk. Matanya tampak sendu. Bella tidak tega melihat itu, lantas langsung menangis. Ia menunduk.

"Jangan nangis, Bel. Aku gak bisa liat kamu nangis." Suara bariton milik Gibran bukannya menenangkan malah semakin membuat Bella terisak.

Sudah lama ia tidak mendengar Gibran memanggil namanya langsung, biasanya kekasihnya itu memanggilnya dengan panggilan 'Cantik' atau 'Sayang'. Namun, sekarang sudah berubah.

"Kita beneran udah gak bisa, ya, Gib?" ujar Bella sembari terisak. Ia menatap nanar pada pemuda itu, berharap Gibran memiliki sebuah jalan keluar untuk masalah mereka saat ini.

Gibran menarik kursinya ke samping Bella, lalu menarik gadis itu ke pelukannya. Ia mengelus pelan surai sewarna kopi itu. Hatinya terenyuh, ingin rasanya ia menangis, tetapi sadar dirinya lelaki. Tidak pantas menangis di hadapan seorang gadis, pikirnya.

Tiba-tiba, ia terpikirkan sebuah cara ekstrim untuk keluar dari masalah ini.

"Aku punya caranya, Bel ...," ujarnya tiba-tiba.

Bella mengangkat wajah, alisnya sedikit terangkat seolah mempertanyakan cara yang dimaksud oleh Gibran.

"Apa?"

"Kawin lari!"

Bella mendelik. Ia kemudian melepas pelukannya pada Gibran. Cukup lama ia menatap pemuda itu sembari menganga.

"Kawin lari?! Kamu gila, Gib? Kalo Papa tahu, aku bakal diabisin. Enggak, aku gak mau!" sanggahnya cepat.

"Ya, trus harus pakai cara apa lagi? Kamu gak mau hidup sama aku? Kamu gak cinta sama aku, Bel?"

My Bad Husband [On Going]Where stories live. Discover now