[L] 14. Camping

74 19 20
                                    

Bumi perkemahan yang kami tempati untuk persami berada di atas bukit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bumi perkemahan yang kami tempati untuk persami berada di atas bukit. Jalan naik ke atasnya menyeramkan, dengan sudut kemiringan sekitar 45°. Benar-benar ekstrim. Apalagi kami ke sini diangkut menggunakan bus, dan sempat macet saat berada di tanjakan. Situasinya cukup panik, rasanya berada di antara hidup dan mati. Tapi syukurlah, bus bisa menyala lagi dan akhirnya kami bisa sampai ke atas bukit dengan selamat.

Selain camping ground, bukit ini merupakan obyek wisata karena terdapat situs reruntuhan kerajaan dari abad ke-8.

Sore hari, setelah selesai mendirikan tenda dan upacara pembukaan, setiap regu mulai memasak. Reguku akan memasak mie instan.

Kami sempat berdebat kecil mengenai waktu memasak mie. Ada yang maunya 3 menit sesuai instruksi dan ada yang 6 menit sampai mie-nya lepek.

Akhirnya kami memilih jalan tengah, yaitu 4,5 menit.

Tidak sampai situ, kami juga sempat berdebat kecil apakah bumbu mie-nya ikut dimasak atau langsung dituang ke dalam mangkok masing-masing.

Dan akhirnya, semua bumbu dimasukkan jadi satu ke dalam panci, karena mengikuti kemauan teman kami yang diklaim paling pandai memasak.

Meski sempat banyak berdebat, kami tetap menikmati makan sore dengan nikmat. Bukan karena mie-nya, tapi karena dimakan bersama-sama di luar ruangan. Di bawah pohon rindang. Di alam terbuka.

Sore hari, banyak keluarga siswa yang menengok dan membawa makanan. Beberapa ada yang langsung menghampiri ke tenda, dan beberapa ada yang memanggil lewat pengumuman.

Selepas maghrib, kami bersantai sambil menunggu kegiatan selanjutnya. Salah satu teman inisiatif menabur garam di sekeliling tenda. Katanya agar tidak ada ular yang masuk. Entah manjur atau tidak.

"Josherin 8A, ditunggu kakaknya di pendopo.. Josherin 8A, ditunggu kakaknya di pendopo.."

Sherin langsung berdiri begitu namanya dipanggil. Kakaknya ternyata datang. Ya, kakak. Padahal Sherin anak pertama. Dan cucu pertama.

Gadis itu kemudian memasukkan kedua kakinya ke dalam sandal Crocs dan bergegas ke pendopo.

Meski banyak yang ditengok oleh keluarga dan dibawakan banyak makanan, tapi aku berharap Ayah dan Ibu tidak usah datang.

Soalnya nanti aku jadi sedih.

"Zelina 8A.. ditunggu mama papanya di pendopo.. Zelina 8A.. ditunggu mama papanya di pendopo.."

Ah, padahal sudah kubilang tidak perlu datang. Pasti idenya Ayah! Waktu kemah SD juga begini.

Aku membereskan piring dan gelasku, kemudian bergegas menuju pendopo yang lokasinya 300 meter dari tenda reguku.

Di sana sudah ada Ayah bersama Ibu dan Ino.

"Kok ditengokin siiih?" protesku.

"Biarin, emang gak boleh? Ayah katanya mau jalan-jalan." balas Ibu.

8th Grade [END]Where stories live. Discover now