[W] 37. Hug

52 15 2
                                    

Malam sebelumnya Jeje dan Dudung menginap di rumahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam sebelumnya Jeje dan Dudung menginap di rumahku. Jeka tidak bisa ikut katanya ada acara. Karena itu, sebagai gantinya kami mengajak Yogi.

Bukannya lebih memprioritaskan Jeka daripada Yogi, hanya saja Yogi sekarang kalau diajak main seringnya tidak bisa. Alhasil, lama-lama kami jadi kurang semangat untuk mengajaknya lagi.

Tapi kemarin dia tumben berkata iya waktu kami ajak.

Walaupun ujung-ujungnya tetap batal.

Barusan bocah yang perawakannya seperti orang dewasa itu mengabari kalau dia tidak jadi menginap. Sudah kuduga.

"Katanya pergi sama Mariska." ujarku memberitahu yang lain.

"Malem-malem gini?" Dudung menyatukan kedua alisnya, dengan bola mata masih terpaku ke game di layar ponsel.

"Ya biasalah, namanya juga punya cewek. Kalau malem minggu gini pergi. Emangnya kita?"

Kami bertiga rebahan di kasur yang digelar lebar di ruang TV. Jeje di pinggir mengotak-atik rubik sambil tiduran, Dudung di tengah bermain game di ponsel, sedangkan aku baru saja menancapkan charger ke ponsel karena baterainya lowbat.

"Kalian ngerasa gak sih Yogi semenjak pacaran ama Mariska jadi gak seru?" celetuk Dudung tiba-tiba. "Dulu kan dia yang paling sering ngide mau main kemana. Terus yang suka aktif ngajak-ngajakin futsal anak kelas lain juga dia. Sejak ama Mariska? Boro-boro."

"Iya juga ya?" kataku. "Tapi ya, gimana? Namanya punya cewek, pasti ngutamain ceweknya. Besok kalau kamu punya cewek juga bakalan sama Dung, bakal nomor duain temen."

"Tapi cuma waktu sama Mariska doang dia susah diajak main. Buktinya waktu pacaran sama mantan-mantannya masih bisa." Dudung meletakkan ponselnya kemudian menguap, dia lantas menarik selimutnya ke atas.

"Bener juga, emang itu cewek suka nempelin Yogi mulu kemana-mana. Waktu pacaran sama Jeka juga sama." kataku. "Tapi emang Yogi sama Jeka bucin juga sih sama Mariska."

"Makanya. Sebenernya apa istimewanya sih cewek tukang labrak itu? Ampe bikin dua temen kita itu berantem. Emang sih mukanya cantik, tapi kalau kelakuannya kaya gitu males juga gak sih? Kaya gak ada cewek lain yang lebih waras aja yang bisa direbutin."

"Emang tipe mereka yang kaya gitu kali."

"Padahal kata bapakku, rebutan cewek di umur kita segini tuh sia-sia. Gak bakal ada yang sepenuhnya menang. Mungkin sekarang Yogi menang. Tapi emangnya Yogi-Mariska bakal bertahan berapa lama sih? Palingan gak nyampe SMA." kata Dudung sembarangan. "Dan ujung-ujungnya apa? Gak ada yang dapet apa-apa kan? Padahal ampe ngorbanin persahabatan."

"Tetep dapet sesuatu, Dung."

"Apa?"

"Hikmahnya."

Dudung terkekeh, "Iya, bener."

8th Grade [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang