Bab 1 - A Spring Encounter

82.1K 5.2K 157
                                    

LINGGA Paramitha menyunggingkan seulas senyum lebar kepada setiap orang yang menyapanya dengan ramah. Pagi di hari Senin memang mahakarya yang dapat membuat jengkel setengah mati, tapi setidaknya kau tetap harus memasang raut wajah secerah musim semi terutama di tempat kerja. Mengingat sekarang awal bulan Mei, Lingga bisa membayangkan betapa indahnya bunga sakura berguguran di negeri orang. Tentu saja di negeri orang, musim semi tidak mungkin hadir di negeri Wakanda, bukan?

Seperti biasa, menunggu lift dengan banyak orang merupakan hal yang paling Lingga sukai, karena ia bisa mendengar cerita-cerita pendek orang lain tanpa bersusah payah mencari tahu. Yah, setidaknya lumayan cukup untuk menambah gosip receh.

"Yang, kita mau makan di mana nanti siang?

Lihat, bukan? Lingga tidak bermaksud menguping, tapi telinganya sudah terlanjur mendengar. Gimana dong?

"Terserah kamu aja, Seyeeeng..."

Seyeng? Oh yang benar saja. Tidak sekalian ayah-bunda? Secara otomatis Lingga melirik asal suara dari sudut matanya, kontan mulutnya terbuka begitu melihat siapa pasangan yang bermesraan di depan lift.

Lingga berdeham kecil, ia menggeser posisinya agar mendekat pada dua orang yang kini saling mengobrol, tanpa menyadari kehadian Lingga yang sudah siap membabat habis.

"Makan siangnya berdua aja nih, gak mau ajak Ayang yang di sini?" cetusnya membuat dua orang itu menoleh cepat. Ekspresi wajah dua orang itu seketika berubah pucat saat melihat Lingga sudah berada di sampingnya dengan senyum misterius.

Muhammad Alif mendadak salah tingkah, ia melirik Icha Widianti yang ekspresi wajahnya tidak jauh berbeda darinya. Gadis berambut panjang ikal itu menggaruk tengkuk belakangnya kikuk, namun ia memaksakan seulas senyum tipis kepada Lingga.

"Pagi, Mbak Lingga," sapa Icha gugup.

Lingga mengangguk-ngangguk pelan. "Pagi yang cerah buat kita semua ye, kan? Apalagi kalau punya Ayang," godanya dengan menautkan sebelah alisnya.

Sontak Icha mengibaskan tangannya gugup. "Enggak kok, Mbak. Gak kayak yang Mbak pikirin," jawabnya terburu-buru. Melihat kebohongan terlalu jelas, Lingga pun menutup mulutnya dengan sebelah tangan yang bebas, mencoba menahan senyum tapi gagal total.

Berbeda dengan Icha yang mencoba menyangkal, Alif memejamkan matanya tampak pasrah. Ia mendekati Lingga dan berbisik pelan, "Jangan disebarin ke siapa-siapa, Li. Gue gak mau jadi olok-olok satu kantor," katanya meminta negosiasi.

Lingga membelakkan matanya. "Kok lo suudzon gitu sih sama gue? Gue daritadi diem aja lho," sahutnya pura-pura polos.

"Gue tau lo bakal jadiin ini bahan gosip," ujar Alif sudah paham dengan isi pikiran Lingga yang julid abis. Semua orang yang bekerja di satu divisi bersama Lingga berusaha keras untuk menutupi rahasianya rapat-rapat, atau jika tidak, Lingga akan membuat itu sebagai kabar besar hingga semua orang di kantor tahu sampai ke tulang-tulang. Bahaya banget, kan?

Lingga mengibaskan rambut pendeknya, ia menatap Alif, dan Icha bergantian. "Udah berapa lama kalian pacaran?" tanyanya tidak memedulikan apa yang Alif ucapkan sebelumnya.

Alif mengerang kesal. "Lingga," tegurnya dongkol.

"Oke... okee," katanya mengalah. "Gak usah sensi gitu deh, gue kan cuma penasaran aja. Lagian Lif, jatuh cinta itu bukan kejahatan kok, apalagi kalau semua orang tau, bayangin betapa bueesaaarrnya doa yang mereka kasih buat kalian," ucapnya sembari merentangkan tangan untuk menggambarkan apa yang ia ucapkan.

Icha yang mendengar itu makin menundukan kepalanya, wajahnya merah padam karena malu. Habis sudah dirinya menjadi sasaran empuk dunia perghibahan.

"Kata gue sih, mending lo cari pacar deh Li, daripada ngurusin percintaan orang. Kayaknya penyakit lo sekarang ini, bermula karena kelamaan jomlo, terus jadi keenakan deh ngurusin idup orang. Kesepian lo itu, butuh dekapan hangat Ayang," kata Alif tidak ramah sama sekali.

Spring Romance (END)Where stories live. Discover now