Bab 33 - Second Kiss

37.6K 3.1K 153
                                    

PERUT kenyang, hati pun senang. Seperti itulah yang dirasakan Lingga dan Rafandra begitu kencan malam itu selesai. Mereka sangat bersenang-senang sampai tidak menyadari kalau sudah larut malam. Bahkan kafe di depan kosan Lingga pun sudah tutup.

"Sate tadi enak banget ya?" tanya Lingga begitu langkah kaki mereka berhenti di dekat mobil Rafandra yang terparkir.

"Iya, enak banget. Kapan-kapan ayo kita makan di situ lagi," ujar Rafandra membenarkan. Lingga menganggukan kepala.

"Makasih," kata Lingga tiba-tiba setelah terdiam sejenak. "Malem ini aku kenyang, dan seneng. Yah walaupun kaki agak pegel," lanjutnya.

Rafandra tertawa kecil. "Lain kali ayo kita ke tempat yang lebih tenang," kata Rafandra. Dari dulu, Rafandra sudah berjanji kepada dirinya sendiri bahwa jika suatu nanti dirinya mendapatkan Lingga, Rafandra ingin membawa gadis itu ke berbagai tempat yang indah.

"Oke, nanti kita pikirin mau pergi ke mana," sahut Lingga ringan.

Kita? Lingga menyebut 'kita'? Rafandra merasa hatinya membuncah dan tak tahan ingin berteriak saking gembiranya. Namun ia harus menahan dirinya sekuat tenaga. Tetaplah bersikap keren, keluh Rafandra dalam hati.

Rafandra memajukan tubuhnya pada Lingga. "Boleh gak aku ngelakuin sesuatu sekarang?" pintanya.

Sebelah alis Lingga terangkat tidak mengerti. "Ngelakuin apa?" tanyanya.

"Nah, tapi kamu jangan marah ya?"

Sebelum Lingga membuka mulutnya untuk menanyakan apa maksud dari perkataan pria itu, Rafandra sudah lebih dulu menarik bahu Lingga perlahan dan membawa tubuh gadis itu dalam pelukan.

Mata Lingga melebar kaget, dan tiba-tiba saja dadanya berdebar sangat kencang. Bahkan tanpa sadar ia menahan napas. Tubuhnya terasa membeku di tempat, ia sulit bergerak.

"Seharusnya aku yang bilang makasih sama kamu. Makasih karena udah buat aku bahagia malem ini," gumam Rafandra di pelipis Lingga.

"O-oh... iya..." Lingga membalasnya dengan tergagap. Ya ampun, apa yang harus ia lakukan sekarang? Kenapa ia tidak bisa berpikir sama sekali?

"Li?" panggil Rafandra dengan suara rendah.

Lingga menelan ludahnya dengan susah payah. "Hm?" lirihnya dengan nyaris seperti tercekik.

"Aku cinta banget sama kamu," bisik Rafandra. "Aku tau kamu belum ada perasaan apa-apa sama aku, aku juga sadar kalau hubungan ini bagi kamu cuma sementara. Tapi izinin aku berharap lebih sama hubungan kita. Aku berharap kalau suatu hari nanti, kamu bakal punya perasaan sama aku."

Wajah Lingga memanas mendengar kata-kata manis yang dilontarkan Rafandra pada dirinya. Gadis itu mengerjap-ngerjap, terpana, terkejut, dan... tersentuh.

Oh my... pria ini benar-benar menyulitkan hati dan perasaannya saat ini.

***

Pria itu benar-benar berbahaya.

Rafandra memeluknya hanya sekali, tapi sentuhan dari pelukan itu masih membekas sampai Lingga tertidur. Bahkan begitu ia bangun di pagi hari, Lingga terus-menerus terbayangi wajah dan senyum pria itu.


Pak Rafandra: Kamu udah bangun? Jangan lupa sarapan ya, Li.


Bahkan saat membaca pesan singkat Rafandra pagi ini, Lingga tidak bisa santai seperti biasanya. Ia terlihat gelisah, dan... sedikit merasa senang.

"Gue udah gila kayaknya," gumam Lingga masih dengan kedua mata yang memandangi layar ponselnya. Kepalanya menggeleng cepat-cepat lalu kembali menaruh ponselnya di meja. Ia harus segera mandi, dan berangkat kerja. Kenapa dari semalam ia membuang banyak waktu untuk memikirkan pelukan itu? Ia baru akan mengenal Rafandra dengan, bukan langsung jatuh hati pada pria itu.

Spring Romance (END)Where stories live. Discover now