Bab 49 - I Got Caught!

26.1K 2.6K 136
                                    

HAL pertama yang dilakukan Rafandra adalah melepaskan obsesinya terhadap Lingga. Ia akan mencintainya dengan cara yang berbeda, seperti yang diinginkan gadis itu. Mulai sekarang, mereka akan memulai hubungan yang sehat.

Begitu pun dengan Lingga, ia tidak akan membuat Rafandra menjadi pilihan kedua dalam hidupnya. Pria itu ingin hubungan mereka lebih serius, maka Lingga menyetujuinya. Gadis itu menyukai fakta bahwa Rafandra selalu mendengarkan kata-katanya, dan berusaha mengikuti apa yang Lingga harapkan dalam hubungan mereka. Ia merasa bersyukur atas hal itu.

Lingga menerapkan komunikasi adalah hal penting di hubungan mereka. Mereka harus jujur satu sama lain, memahami perasaan satu sama lain, dan tidak memaksa hanya demi memuaskan ego diri sendiri. Sekarang bukan cuma Rafandra yang memedulikan Lingga, kini gadis itu juga harus melakukan hal yang sama. Apa yang Rafandra harapkan pada hubungan mereka, Lingga berusaha mengabulkannya dengan caranya sendiri.

"Suasana hati Bapak kayaknya lagi bagus. Apa ada kabar baik?" Pertanyaan itu berasal dari Fifi yang melihat Rafandra tak henti-hentinya tersenyum sambil menatap layar komputer. Pria itu terasa jauh lebih ceria setelah mengambil cuti selama beberapa hari.

"Nggak juga," kata Rafandra mengelak tapi bibirnya tersenyum. Fifi harus mengakui kalau bosnya ini memang memiliki senyum maut yang bisa membuat siapa saja terhipnotis. Siapa gerangan yang akan memiliki pria setampan ini? Fifi ragu dirinya menjadi kandidat.

"Ah masa sih, Pak? Jangan-jangan Bapak lagi kasmaran ya?" Niat hati hanya ingin bergurau saja, namun perubahan ekspresi yang riang gembira membuat Fifi tertegun sejenak. Apa maksud dari reaksi ini?

"Omong-omong Bu Fifi pernah pacaran sebelumnya?"

Apa pula perubahan arah pembicaraan itu? Fifi jadi tegang sendiri. Ini pertama kalinya sang bos bertanya mengenai hal pribadi padanya.

"P-pernah, Pak. Cuma udah lama banget, pas masih kuliah," jawab Fifi agak terbata.

Rafandra berhenti memandang layar komputernya lalu bertopang dagu memusatkan perhatiannya pada Fifi. "Kira-kira sebagai cewek, hadiah apa yang paling kamu harapin dari cowok kamu? Selain bunga, by the way," kata Rafandra meminta pendapat.

Entah mengapa jantung Fifi berdebar kencang ditanya seperti itu. Ia tidak ingin berharap tapi... apakah ini kode? Pria itu sengaja bertanya hadiah yang ia harapkan lalu pada suatu momen, ia memberikannya kepada Fifi. Oh astaga, astaga, astaga!

Fifi berpikir sejenak sebelum menjawab. "Tsk... cincin? Daripada kalung, saya biasanya lebih suka cincin. Modelnya yang simpel tapi elegan. Terus cincin juga nunjukin kalau cowok serius dalam hubungan," sahutnya.

Rafandra mengangguk-ngangguk. "Ada lagi gak?"

"Hmm... baju? Cewek biasanya suka diajak shopping sih, Pak," jawabnya.

"Shopping..." gumam Rafandra tampak memikirkan gagasan itu dengan serius. "Cincin atau shopping, boleh tuh sarannya. Makasih ya," ucapnya sambil tersenyum kepada Fifi.

Pria itu pun langsung membuka browser di komputernya menjadi model cincin yang bagus. Ia ingin memberi hadiah kepada Lingga tapi takut gadis itu tidak menyukainya. Biasanya pendapat perempuan jauh lebih manjur daripada inisiatif seorang pria.

"Buat pacarnya ya, Pak?" Sekali lagi, niat hati Fifi hanya bergurau saja. Basa-basi lebih tepatnya. Tapi melihat senyum Rafandra yang semakin melebar dan mengangkat bahunya ringan membuat Fifi menyesali pertanyaannya. Jelas-jelas ini bukan kode untuk memberi hadiah kepadanya, sepertinya bosnya yang tampan memang sedang memiliki pujaan hati.

***

"Aku yakin deh kalau Pak Rafandra punya pacar," cetus Fifi pada semua karyawan divisi pemasaran yang sedang makan siang. Kontan semua orang di meja makan itu menoleh cepat ke arah Fifi dengan kening berkerut.

Spring Romance (END)Where stories live. Discover now