Bab 18 - Arrogant

31.2K 3K 165
                                    

Lingga Paramitha bukan gadis polos yang mudah dibodohi. Hanya saja, untuk kasus Rafandra, Lingga bertingkah seolah tidak tahu apa-apa supaya kisah yang sudah terlanjur dibuat sebelum dirinya hadir di sekolah ini, tidak akan terganggu.

Rafandra dan Dewi adalah pemilik cerita itu. Lingga tidak mungkin menyela masuk dan mengacaukan angan-angan sahabatnya mengenai Rafandra. Ia akan memastikan kalau semuanya berjalan dengan lancar, membiarkan Dewi menikmati kisah romansanya tanpa mengkhawatirkan apa pun.

"Kamu cantik."

Secara tidak sadar pujian itu telah menimbulkan perasaan resah, dan ketakutan. Bagaimana kalau pujian yang dilayangkan Rafandra memiliki makna yang lain? Bukankah posisinya saat ini mulai terancam? Jika Dewi tahu, gadis itu pasti akan terluka. Karena itu yang akan terjadi juga pada Lingga jika posisinya dibalik.

Maka Lingga memilih tersenyum lebar yang ramah untuk menunjukkan bahwa tidak akan salah paham dengan cara Rafandra menatapnya. "Sebelumnya makasih karena bilang begitu, karena aku juga tau itu," balas Lingga tidak terpengaruh. Maka dengan begitu Rafandra bisa tahu kalau Lingga tidak tersentuh. Maka dengan begitu... Rafandra bisa tahu kalau Lingga tidak memberikan kesempatan pada laki-laki itu untuk mendekatinya.

Tetapi Rafandra tidak pernah mengerti penolakan demi penolakan yang ditunjukan secara terang-terangan oleh Lingga. Di hari pertama Masa Orientasi Siswa, laki-laki itu selalu membantunya dengan hal-hal kecil.

Ketika Lingga disuruh mencicipi permen lollipop yang sudah dijilat hampir setengah siswa satu kelas, Rafandra sengaja menghentikan tepat saat giliran Lingga. Ia beralasan kalau sebaiknya hal itu tidak dilanjutkan karena bisa menularkan penyakit. Lalu kenapa ia tidak menghentikannya sejak awal? Orang-orang mulai merasa tidak adil. Beberapa sudah memandang Lingga dengan tatapan tidak suka. Sayangnya Rafandra tidak pernah menyadari kode itu.

Bukan itu saja, ketika Lingga harus tiarap di atas lumpur, Rafandra selalu membuat pengecualian padanya. Ia beralasan bahwa saat itu Lingga terlihat tidak sehat, laki-laki itu bahkan menyuruhnya diam di pinggir dan menonton bagaimana semua teman-teman angkatannya menjalani orientasi bodoh yang sering dilakukan pada senior pada junior dari masa ke masa. Lagi-lagi hal itu membuat semua orang merasa tidak adil. Kenapa Lingga lagi? Kenapa hanya gadis itu yang diistimewakan? Tetapi Rafandra tetap tidak menyadari kode yang terlalu jelas itu.

Cara Rafandra memperlakukan Lingga memang sangat baik, ia sering membelikannya minuman, memberitahu apa yang akan dilakukan pada senior selama tiga hari MOS, menolongnya saat kesusahan, dan melindungi Lingga ketika dirinya dimarahi oleh senior yang lain. Hanya saja bagi Lingga pertolongan Rafandra dirasa tidak perlu. Wajar anak-anak yang lain merasa tidak adil, dan wajar beberapa dari mereka menjadi tidak menyukai Lingga. Tapi kenapa Rafandra tidak bisa menyadari semua itu? Kenapa ia melakukan apa pun semuanya tanpa memikirkan hal itu dapat menimbulkan risiko?

"Karena grup Lingga kalah, gimana kalau salah satu dari anggota grup nyanyi di depan? Nyanyi apa aja. Kalau bisa lagu kesukaannya, supaya lebih mendalami."

Jika kepada tim lain Rafandra akan membiarkan teman-temannya memimpin, cuma kepada Lingga ia berani turun tangan. Jika teman-temannya meminta tim lain untuk berjoget dan mempermalukan dirinya di depan satu angkatan, Rafandra memilih hukuman paling ringan untuk Lingga.

"Lagu kesukaan kamu apa?" Dan dengan menyebalkannya, Rafandra bertanya mengenai lagu kesukaan Lingga di depan semua mata memandang. Membuat spekulasi-spekulasi semakin heboh dari sebelumnya.

"Lagu kesukaan saya itu Creep dari Radiohead," kata Lingga kala itu.

"Bukannya itu lagu-lagu lama?" tanya Rafandra seraya menautkan sebelah alisnya heran.

Spring Romance (END)Where stories live. Discover now