Bab 39 - Danger

25.8K 2.5K 96
                                    

UCUP mengerutkan dahinya saat lagi-lagi Lingga tidak ada di kosannya dan tidak bisa dihubungi. Hal ini membuat Ucup dan Karin otomatis merasa aneh. Tidak biasanya Lingga seperti ini. Meskipun sibuk, Lingga pasti menyempatkan mengabari mereka dan memberitahu bahwa dirinya tidak berada di kosan.

"Lo mulai ngerasa aneh gak sih, Cup?" tanya Karin pada Ucup yang sedang meminum es kopinya dengan tenang. Mereka berdua tengah berada di kafe depan kosan Lingga pada sore hari. Niatnya ingin mengobrol santai bersama Lingga, tapi gadis itu ternyata tidak ada di kosan.

"Iya, gue ngerasa aneh. Masa hari Minggu dia kagak ada di kosan," jawab Ucup mengiyakan. "Tadi gue tanya adeknya lewat DM Instagram, katanya si kampret kagak balik ke rumah," lanjutnya dengan nada heran.

Karin mengetuk dagunya dengan telunjuk. "Apa jangan-jangan Lingga punya pacar?" tebaknya. Ucup kontan mendengus meremehkan.

"Siapa yang kuat pacaran sama orang gila kayak gitu, Rin? Lagian kalau dia punya pacar pasti udah pamer sama kita," cetus Ucup yang merasa tebakan Karin tidak mungkin terjadi.

"Lu bener juga sih," gumam Karin membenarkan apa yang dibilang Ucup. Mereka berdua pun larut dalam kebingungan sendiri, sampai ketika mata mereka secara tidak sengaja melihat ke arah mobil yang terparkir di depan kafe.

"Kok gue kek pernah liat entuh mobil ya?" kata Ucup dengan dahi berkerut bingung.

"Sama. Tapi di mana ya?" gumam Karin membenarkan.

Mereka berdua memerhatikan mobil tersebut lekat-lekat. Mata mereka kontan membulat sempurna begitu melihat dua orang yang keluar dari mobil secara bersamaan. Bukankah itu Rafandra dan Lingga? Kenapa dua orang itu keluar dari mobil yang sama?

Ucup dan Karin saling bertatapan. Mereka menebak-nebak apa yang sebenarnya sudah terjadi.

"Omegat!" lirih Ucup syok bukan main.

***

"Makasih buat hari ini. Aku seneng banget," kata Rafandra pada Lingga. Lingga mengangguk acuh tak acuh namun ia tidak berani menatap wajah Rafandra.

"Aku juga seneng banget," balas Lingga pelan. Mukanya mendadak bersemu merah. Ditatapnya Rafandra dengan perlahan. Namun hanya sesaat, ia kembali menundukkan kepalanya malu.

"Jangan lupa mandi air anget ya, takut sakit," ucap Rafandra manis. Ia menyentuh ujung kepala Lingga dan mengusapnya lembut.

"I-iya... kamu juga," katanya agak terbata-bata.

Rafandra mendesah dan sedikit menjauhkan jarak mereka. "Kalau gitu aku pulang dulu ya, Li. Sampai ketemu besok," katanya sambil tersenyum lebar pada Lingga.

"Iya, sampai ketemu besok." Lingga sadar dirinya bertingkah konyol, tapi ia tidak bisa menyembunyikan kegugupan yang dirasakannya di depan laki-laki itu.

Rafandra pun masuk ke dalam mobilnya. Ia menyempatkan membuka jendela mobil, dan melambai kepada Lingga sebelum mobil itu berjalan meninggalkan halaman depan kosannya. Gadis itu menghela napas pelan, ia berbalik ke belakang dan berjalan hendak memasuki kosannya.

"Apakah yang baru saja lihat itu benar?" Dua orang sudah berdiri di belakangnya sambil melipatkan kedua tangannya di depan dada. Lingga terlonjak kaget dan tanpa sadar melompat mundur.

"Lho kok kalian ada di sini?" tanyanya panik bukan main.

Ucup menggigit pipi bagian dalam, dahinya berkerut, dan matanya menyipit. Seolah-olah dengan begitu ia sudah berhasil mengintimidasi Lingga.

"Cepet jawab! Apa yang tadi kita liat itu bener?" tanya Ucup sekali lagi, kali ini dengan nada tidak sabar.

"Lo bahkan diem aja pas dia ngusap rambut lo," cetus Karin telak.

Spring Romance (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora