Bab 34 - Apology

32.7K 3K 83
                                    

LINGGA melompat kaget begitu merasa sesuatu bergetar di saku celananya. Kepanikan mulai terlihat dari raut wajahnya begitu menyadari apa yang baru saja ia lakukan dengan Rafandra di dapur perusahaan.

"Sa-saya permisi dulu..." Lingga menyingkir dari tubuh Rafandra, dan melangkah cepat meninggalkan dapur kantor.

"Lingga!" panggil Rafandra yang kebingungan dengan Lingga yang tiba-tiba pergi. Jangan-jangan Lingga marah kepadanya karena Rafandra menyentuh pinggulnya? Pria itu mengacak-ngacak rambutnya gusar. Seharusnya ia bisa menahan diri untuk tidak melakukan itu. Sekarang Lingga pasti marah padanya. Padahal akhir-akhir ini hubungan mereka sudah sangat membaik.

"Damn it," lirih Rafandra penuh penyesalan.

***

Begitu Lingga masuk ke ruangannya, ia melihat Alif dan Icha sedang duduk berduaan sambil menonton video konten yang sepertinya baru Alif selesai edit.

Dasar dua orang itu! Kalau saja Lingga tidak punya hati, sudah ia sebarkan gosip kalau mereka berdua berciuman di dapur kantor. Oh, tunggu dulu... bukankah tadi ia juga berciuman dengan Rafandra? Lingga memejamkan matanya mengingat kejadian memalukan tadi. Bisa-bisanya ia membiarkan pria itu menciumnya, bisa-bisanya ia membalas ciuman itu, bisa-bisanya...

"Eh, Li, udah balik lo? Dari mana aja?" Alif yang pertama kali menyadari kedatangan Lingga.

"Hai, Mbak Lingga. Tadi ada di mana? Kok tadi aku teleponin gak diangkat-angkat sih?" tanya Icha dengan tampang lugunya yang ingin sekali Lingga tinju. Ternyata yang mengganggu—eh maksudnya—yang meneleponnya daritadi adalah Icha.

Lingga menarik napasnya dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. "Karena kalian keliatan udah baikan, jadi sekarang gue mau balik ke kosan," katanya tanpa basa-basi. Alif yang mendengar perkataan Lingga mengerutkan dahinya bingung. Apa hubungannya dengan Alif yang berbaikan dan Lingga pulang ke kosan?

Icha nyengir malu, ia memberikan kode kepada Lingga melalui lirikan mata agar jangan mengatakan macam-macam di hadapan Alif. Tapi nampaknya Lingga tidak peduli. Gadis itu membereskan barang-barangnya dan mematikan komputer miliknya.

"Jangan berbuat macem-macem ya guys. Pertama ada CCTV," kata Lingga menunjuk kamera CCTV yang ada di ruangan mereka. "Kedua, bisa mampus kalau Bapak Direktur kita mergokin kalian pacaran," lanjutnya dengan sengaja menekankan kata 'Bapak Direktur' agar mereka berdua syok berat.

Dugaan Lingga tidak meleset, kedua orang itu tampak salah tingkah dan melirik satu sama lain dengan.

"Awas aja ya kalian berdua ribut di kantor lagi, gue pepes kalian!" kata Lingga memperingatkan sepasang kekasih yang sangat dramatis itu.

"Dah ah, gue mau balik," cetus Lingga seraya mengibaskan rambut pendeknya. Meninggalkan dua teman kerjanya yang hanya bisa memandang punggung Lingga tanpa mengatakan apa-apa sekaligus kepikiran dengan kata-kata Lingga sebelumnya.

Kenapa sikap Lingga seolah-olah ia tahu apa yang dilakukan Alif dan Icha?

***

Ini bukan pertama kalinya bagi Lingga berciuman dengan seorang pria, namun rasa ciuman antara dirinya dan Rafandra tidak menghilang. Sangat membekas. Seakan-akan bibir Rafandra masih menempel di bibirnya.

Lingga menelan ludahnya dengan susah payah. Entah sudah berapa kali ia menatap pantulan dirinya di kaca kosan sementara tangannya menyentuh bibirnya sendiri. Tiba-tiba saja wajahnya memanas, mengingat ciuman sensual di dapur kantor dengan Rafandra. Ya ampun, kalau dapur kantor ada CCTV, selesai sudah.

"Parah sih gue ini," gumamnya meratapi diri sendiri. "Nanti gimana kalau besok gue ketemu dia? Pasti malu banget," katanya gelisah.

"Tapi kok dia gak nge-chat gue ya?" tanyanya setengah merenung. Lingga mengambil ponselnya yang ia taruh di atas meja, mengecek apakah Rafandra menelepon atau mengirimkannya pesan.

Spring Romance (END)Where stories live. Discover now