Bab 23 - Mistake

28.8K 2.7K 42
                                    

RAFANDRA sudah mencoba semaksimal mungkin untuk bersikap biasa saja pada Lingga, terutama saat di kantor. Ia berusaha mati-matian menahan diri agar gadis itu tidak merasa terbebani, dan malah makin membenci dirinya. Sebenarnya ia juga kepikiran dengan ucapan Lingga yang mengatakan bahwa dirinya masih belum bisa melupakan mantan kekasihnya. Apakah ia bahkan bisa membuat gadis itu melupakan mantan kekasihnya?

Tapi malam ini ia tidak bisa menahan diri lagi. Begitu gadis itu mengirim pesan padanya, hati Rafandra begitu membuncah sampai rasanya ingin segera berlari secepat mungkin menghampiri di mana pun Lingga berada.

Dan saat malam itu berjalan dengan lancar, Rafandra masih belum ingin mundur, meskipun saat ini gadis itu menyukai laki-laki lain, ia merasa kalau dirinya juga berhak berada di hati Lingga.

"Aku harap ke depannya, hubungan kita bisa lebih baik lagi." Maka dengan percaya diri ia berkata seperti itu. Meskipun ia tahu masih banyak proses yang perlu ia lewati tapi tetap saja... mungkin saja...

"Hmm, saya harap juga begitu."

Rafandra bisa merasakan kelegaan yang membanjiri seluruh tubuhnya begitu mendengar jawaban dari mulut Lingga. Astaga, gadis ini sudah mengambil seluruh raga dan jiwanya.

***

Hari yang ditunggu akhirnya datang juga!

Setelah menghabiskan waktu-waktu sulit demi menyelesaikan pekerjaan sebelum divisi pemasaran berlibur ke Jepang, akhirnya hari indah yang ditunggu-tunggu datang juga.

Sepuluh orang dari divisi pemasaran termasuk Rafandra dan sekretarisnya sudah berada di pesawat yang akan membawa mereka ke Jepang. Wajah sumringah dan tidak sabar nampak jelas di raut muka mereka, tak terkecuali Lingga. Membayangkan liburan gratis di Jepang selama empat hari, gadis itu tidak mampu menahan rasa haru. Ya, setidaknya biarkan ia bahagia sebentar sebelum menjadi calon pengangguran.

"Berarti yang masuk kerja cuma si pengganti lo ya?" tanya Azahra yang kebetulan dapat tempat duduk di sebelah Lingga.

"Iyalah. Dia kan masih baru, gak mungkin juga baru masuk tetiba ikut ke Jepang," balas Lingga dengan nada suara yang kurang suka. Entah mengapa setiap membicarakan anak baru bernama Rosa itu, Lingga selalu merasa kesal.

"By the way, Pak Rafandra itu down to earth banget ya? Dia mau bareng naek bus sama karyawannya, dan bahkan duduk di kelas ekonomi. Padahal gue denger dia seharusnya duduk di kelas bisnis tau," kata Azahra sambil menunjuk Rafandra yang duduk di kursi pesawat barisan kanan bersama dengan sekretarisnya.

"Pencitraan itu," sahut Lingga acuh tak acuh.

"Lo tuh masih benci ya sama Pak Rafandra?" tanya Azahra dengan mata menyipit.

Lingga mendesah keras. "Maksud gue, kan jalan-jalan ke Jepang juga jadi media promosi perusahaan yang memperlakukan karyawaannya dengan layak tanpa dibeda-bedain. Kalau Pak Rafandra duduk di kelas bisnis, itu ada ketimpangan jabatan dong? Makanya dia duduk di kelas ekonomi, untuk menunjukkan pencitraan yang baik di depan semua karyawan," jelas Lingga sambil menggerak-gerakan tangannya untuk menjabarkan anggapannya sebaik dan seprofesional mungkin. Kenapa sih orang-orang selalu sensi setiap kali Lingga berbicara pendapatnya mengenai Rafandra?

"Tsk," desis Azahra yang masih merasa kalau Lingga ini ingin berkata buruk tentang Rafandra.

"Kira-kira cewek mana ya yang bisa milikin Pak Rafandra? Meluk Pak Rafandra? Atau bahkan cium? Gue iri sama siapa pun cewek yang bisa cium bibir cowok seseksi itu," gumam Azahra dengan kedua tangan saling tertaut dan memandang Rafandra penuh damba.

Lingga mendengus pelan. "Apa coba! Lagian mana ada bibir dia seksi, katarak kali lo," komentarnya yang sudah terlanjur muak akan tingkah Azahra.

"Seksi, tau!" seru Azahra tidak mau kalah. "Ah cewek kayak lo nih biasanya enggak-enggak di awal, pas disodorin diembat juga," tambah Azahra.

Spring Romance (END)Where stories live. Discover now