Bab 46 - The End of The World

24.2K 2.5K 96
                                    

"LINGGA sama Rafandra kerja di tempat kayak gini?" Nemi melipatkan kedua tangannya di depan dada sambil memandang lobi kantor tempat Rafandra dan Lingga bekerja. Seilla dan Cyntia yang duduk di sampingnya ikut memandang desain interior yang mewah. Mereka memang sudah menebak Xavier Group adalah perusahaan yang bagus, namun sungguh tidak menyangka bahwa ini melebihi ekspektasi. Kira-kira berapa kisaran gaji pegawai yang bekerja di sini?

"Hidup tuh cewek jablai ternyata beruntung banget," gumam Cyntia yang merasa tidak nyaman dengan pakaian yang ia kenakan karena terasa jomplang dengan pakaian para pegawai yang terbilang modis.

"Alah, dia tuh cuma kacung di sini. Paling pegawai kontrak," cetus Nemi tidak setuju mendengar ucapan Cyntia.

Seilla berdecak sambil menatap layar ponselnya. "Dewi kok kekeh gak mau ikut sama kita sih? Kan dia juga ikut keseret," cetus Seilla masih berupaya menghubungi Dewi namun temannya itu tak kunjung menjawab.

"Udah biarin. Entar juga dia yang rasain akibatnya," kata Nemi.

"Tapi Mi, emang lo yakin si Rafandra sama Lingga mau bantuin kita? Dulu kita kan suka gangguin si Lingga," ujar Cyntia pada Nemi dengan nada suara resah.

"Ya kita coba dulu lah. Kita gak punya kontak Eliza buat dihubungi, untung aja gue inget kalau Rafandra sama Lingga kerja di sini. Kalau nggak, bisa gila gue lama-lama dibombardir sama netizen gila itu," sahut Nemi kesal. "Lagian siapa sih yang rekam video itu pas reunian, dasar pengkhianat," desisnya penuh amarah.

Alasan mereka bertiga datang ke perusahaan tempat Lingga dan Rafandra bekerja, tak lain karena berita perundungan yang tersebar di internet. Wajah mereka berempat terpampang nyata di nyaris semua akun gosip. Semua netizen berlomba-lomba menghujat mereka melalui akun media sosial masing-masing, bahkan entah dari mana beberapa dari mereka mengetahui nomor ponsel pribadi mereka lalu memberi ancaman pembunuhan karena telah merundung idolanya.

Bukan itu saja, bahkan sampai ada rumor kalau mereka berempat akan dituntut penjara karena pernah melakukan kekerasan kepada Eliza. Hal itu jelas membuat mereka sangat ketakutan, kecuali Dewi, temannya yang satu itu pasrah menerima apa yang akan terjadi padanya. Ia enggan ikut mereka bertiga bertemu Rafandra dan Lingga untuk meminta tolong.

"Bener apa yang dibilang Nemi, keadaan kita tuh udah genting banget," kata Seilla membenarkan. "Sebenernya maksud si Eliza nyebarin kita semua itu apa sih? Itu kan bercanda-canda aja pas SMA. Dia lebai banget deh," lanjutnya tidak habis pikir.

"Emang songong anaknya mentang-mentang udah jadi artis, sok berkuasa. Dikira gue takut apa?" balas Nemi dongkol.

"Ini lagi satpamnya mana sih? Kok si Lingga gak turun-turun, bikin gedek aja," keluh Seilla yang sudah tidak sabar. Tiga puluh menit hampir berlalu, tapi orang yang ditunggu tak kunjung-kunjung turun.

"Tau tuh," sambar Nemi.

Tak berselang lama, sesosok perempuan berambut pendek yang menggunakan blus putih dipadu outer berwarna sage, serta rok putih di atas lutut tampak berjalan ke arah mereka. Kontan mereka bertiga bangkit berdiri dan menyunggingkan seulas senyum manis kepada perempuan itu.

"Ini Mbak tamunya," kata satpam itu kepada Lingga.

"Oke. Makasih ya Pak," ucap Lingga pada satpam itu. Sorot mata Lingga yang awalnya bersinar ramah perlahan-lahan berubah dingin ketika melihat tiga orang yang kedatangannya benar-benar diluar dugaan.

"Halo, Lingga," kata Cyntia seraya mengangkat sebelah tangannya menyapa. Tak lupa raut wajah ramah.

Nemi dan Seilla diam-diam menatap penampilan Lingga dari atas sampai bawah. Kenapa orang yang dulu mereka remehkan malah jauh lebih sukses darinya? Kedua gadis itu harus menahan diri untuk memutar bola mata karena bagaimanapun mereka membutuhkan Lingga.

Spring Romance (END)Where stories live. Discover now