Bab 45 - Your Secret

23.9K 2.2K 111
                                    

MENU makanannya banyak sekali.

Lingga mengerjap-ngerjapkan matanya melihat banyak sekali menu makanan yang tersaji di atas meja. Udang saus manis, ayam bakar saus kacang, rawon, salad sayur dengan mayonaise di atasnya, buah-buahan, wafel, madu, dan kerupuk udang. Gadis itu perlahan mengangkat kepalanya, dan menyadari kalau di meja makan ini hanya ada tiga orang. Lalu siapa yang akan menghabiskan semua makanan ini?

"Mama masak sendiri?" Pertanyaan itu dilayangkan oleh seorang pria paruh baya yang duduk di kursi paling utama. Sedangkan Lingga dan Rafandra duduk berdampingan di sebelah kanan.

"Nggak, tadi dibantuin sama Bibi," katanya sambil memberikan piring kepada Lingga. Gadis itu sontak langsung menerimanya dengan kedua tangan dan mengucapkan terima kasih.

"Makan yang banyak ya, Lingga. Semoga rasa makanannya cocok sama lidah kamu," kata ibu Rafandra pada Lingga.

"Iya, Tante. Terima kasih," jawab Lingga dengan nada sungkan.

"Fan tadi kamu mau waffle, kan?" kata ibunya seraya mengambil dua potong waffle dan menaruhnya di piring kosong. Ia pun memberikan waffle tersebut kepada Rafandra beserta sebotol madu kesukaannya.

"Yes, makanan kesukaan aku," seru Rafandra gembira.

"Kamu gak makan nasi?" tanya Lingga pelan, nyaris seperti bisikan.

"Rafandra itu gak terlalu suka makan nasi, Li. Dia biasanya makan roti sama madu aja cukup. Itu tumbenan aja dia minta dibikinin waffle." Sebelum Rafandra menjawab pertanyaan Lingga, ibu Rafandra sudah lebih dulu membuka mulutnya. Ternyata ia diam-diam memerhatikan Lingga dan Rafandra.

Lingga mengangguk-ngangguk dengan senyum lebar. "Ooh begitu," gumamnya bingung harus merespons bagaimana lagi.

"Kamu mau aku makan nasi? Kayaknya di kulkas masih ada nugget, aku bisa minta tolong Bibi masak—"

"Eh nggak apa-apa. Kalau kamu mau makan waffle juga gakpapa, aku cuma nanya aja," kata Lingga cepat-cepat. Kenapa Rafandra harus bersikap seperti ini sih di depan kedua orangtuanya? Bagaimana kalau mereka menganggap selama ini Lingga sering memaksa anaknya untuk menuruti perkataannya? Oh astaga, rasanya ia ingin sekali menghilang sekarang juga.

Kedua orangtua Rafandra saling tersenyum, mereka tampak menahan senyum melihat kelakuan anaknya yang sudah terbutakan oleh cinta.

"Ayo kita makan," cetus ayah Rafandra yang berhasil menyelamatkan Lingga pada situasi canggung. "Dimakan ya Nak Lingga?" kata ayah Rafandra pada Lingga.

"Iya, Om."

Lingga pun mulai mengambil beberapa satu centong nasi, dan berbagai macam makanan ke dalam piringnya. Bukan karena ia rakus, tapi ini bentuk menghargai. Kalau ia terlalu fokus dengan satu menu makanan, itu pasti akan membuat ibunda Rafandra tidak dihargai. Keren inisiatifnya? Setidaknya itulah yang ia harapkan.

"Semua makanannya enak banget Tante," komentar Lingga menyuarakan pendapatnya setelah mengunyah makanannya.

Senyum ibu Rafandra tampak mengembang. "Oh ya? Syukur deh kalau gitu. Tante liat kayaknya kamu suka semua makanannya ya? Sini biar Tante tambahin," katanya seraya menuangkan sesendok demi sesendok berbagai macam makanan di atas meja sampai piring Lingga penuh.

"Kamu harus makan yang banyak Lingga, supaya sehat," ucapnya yang hanya bisa dibalas senyum tertekan yang ditunjukkan Lingga. Sepertinya ibu Rafandra telah salah sangka. Jangan-jangan beliau menganggap Lingga makan seperti babi?

"Omong-omong kalian udah berapa lama pacarannya?" Ayah Rafandra membuka obrolan yang semakin membuat Lingga susah menelan makanannya.

"Belum lama kok, Pa," jawab Rafandra santai.

Spring Romance (END)Where stories live. Discover now