⊳⊰ ENAM ⊱⊲

121K 13.2K 405
                                    

Demi menghindari kejadian beberapa hari lalu, Fazura bangun lebih pagi. Selama beberapa hari ini setelah pembentukan karya di lehernya yang sulit hilang, Fazura jadi beberapa kali menjauhi Bumi walau masih satu kamar.

Fazura melangkah menuju kamar mandi, perut nya mual lagi. Seperti pagi biasanya.

Ia memuntahkan cairan bening kental seperti pagi sebelum nya, lalu mencuci mulut nya. Ia menatap tubuhnya dengan tangan yang menopang di pinggir wastafel, melihat pipi nya yang mulai berisi. Mengambil nafas lalu menghembuskan.

Tok.. Tok..

"Lo gak apa apa 'kan, Zura?" suara lelaki didepan pintu kamar mandi terdengar. Fazura menoleh menatap pintu.

"Gak apa apa, cuma mual kayak biasanya." jawab nya seadanya.

"Boleh buka pintunya?" Fazura mengernyit.

"Sebentar lagi aku keluar, tunggu." tak ada suara lagi setelah itu.

Fazura membasuh muka nya dan berkumur. Sudah, ia keluar dari kamar mandi.

Di luar kamar mandi, ia menemukan Bumi yang duduk di tepi ranjang. Lelaki itu menepuk tempat kosong disebelahnya bermaksud untuk Fazura mendekat.

Fazura mendekat dan duduk disebelah Bumi. Bumi bangun dan berjongkok didepan perut Fazura, pemilik perut sampai terkejut.

Bumi menatap Fazura dari bawah lalu beralih menatap perut Fazura yang masih datar. Tangan besar Bumi bergerak mengusap perut Fazura dengan lembut penuh kasih sayang.

"Halo, calon bayi." sapa Bumi dengan senyum kecil di bibir lelaki itu. Fazura menatap Bumi haru.

"Jangan nakal, ya? Kasian Mama." ujar nya dengan lembut. "Papa tunggu brojolnya," diakhiri dengan kecupan pelan di perut. Fazura menggigit bibir bagian dalam nya. Kenapa ia bisa bertemu dengan laki laki sebaik Bumi? Kenapa ia terlambat menemukan Bumi?

Bumi berdiri menatap Fazura yang sudah berkaca kaca.
"Jangan sedih, nanti dia ikut sedih."

Fazura menatap Bumi dengan berbagai perasaan. "Kenapa kamu baik banget, Bumi? Padahal anak ini bukan anak kamu. Sedangkan Ayah dari anak ini bahkan gak mau dia hidup."

Bumi mengusap pucuk kepala Fazura sembari tersenyum tipis. "Gue Papa nya sekarang. Udah, jangan dipikirin lagi. Mau sarapan apa?"

Fazura menyeka air mata yang hendak turun lalu ia berdiri. Ia menatap Bumi didepan nya yang masih menatapnya.

Fazura meraih bahu Bumi, berjinjit sulit lalu mengecup kilat pipi tirus Bumi. Fazura tersenyum gemas lalu melarikan diri keluar dari kamar.

Bumi yang mendapat kecupan gratis itu membeku. Wajah nya menghangat dan berubah warna. Bumi memegangi kedua pipi nya lalu menggeleng merasa gemas.

"Azura!"

•••

09:30

Jam memasuki waktu istirahat SMA 09 tempat seorang Bumi belajar.

Bumi bersama dua teman nya melangkah memasuki kantin. Seperti biasa, tetap menjadi pusat perhatian entah karena apa.

Bumi dan dua teman nya menempatkan meja pojok tempat mereka yang biasanya. Tentu warga sekolah sudah paham jelas kalau meja pojok kantin adalah milik Bumi dan geng nya.

Sebenarnya Bumi tidak pernah mempermasalahkan kalau meja pojok ini dipakai orang orang, namun karena meja ini selalu kosong, jadi mereka tempati.

"Lo pada mau makan apa?" tiga lelaki yang berteman dekat ini memang menerapkan jadwal bergantian pesan memesan makanan dikantin. Kali ini giliran laki laki berkacamata dengan kening tertutup poni, Rangga namanya.

BUMI [Terbit]Where stories live. Discover now