⊳⊰ DUA PULUH ENAM ⊱⊲

82.6K 8.5K 357
                                    

"Sayang, aku gendutan, ya?" lelaki dengan setelan jas hitam menatap refleksi dirinya didepan cermin setinggi dadanya.

Sedangkan perempuan yang sedang berusaha meng-curly ujung rambut pun menoleh memperhatikan suaminya yang sudah tampan.

"Berarti susunya cocok." jawab Fazura, si cantik bergaun lavender sepanjang betis.

Bumi langsung menoleh, matanya menatap kata 'susu' yang membuatnya menyembunyikan senyum misterius. Fazura yang merasa ditatap langsung mendesis malu.

"Bukan gitu, Bumi!" antara kesal dan malu, wajah yang sudah dipoles cantik itu memerah. "Ayo cepetan keburu acaranya mulai nanti kamu ketinggalan."

Fazura menata rambutnya sekali lagi dan selesai. Rambut hitam keriting gantung yang sangat pas dipasangkan dengan gaun lavender v neck memperlihatkan tulang selangka si manis sukses menambahkan tingkat kecantikannya.

Bumi menghampiri Fazura yang sedang mengambil tas jinjing putih dengan merk charles & keith yang baru dibelikan Mami Kiara seminggu lalu. Tangan Bumi membingkai wajah Fazura secara tiba tiba sehingga si empu terkejut dan semakin terkejut ketika kecupan diterimanya tepat diatas bibir yang ia beri warna merah muda sedikit glossy.

"Cantik banget, mau cari suami baru, ya?" tanya Bumi dengan wajah cemberutnya tanpa melepas bingkaian wajah Fazura.

Fazura mengerutkan kening, "Apa, sih? Ini make up nya udah biasa aja, lho." matanya menerjap menatap Bumi.

Bumi yang semakin gemas hanya bisa merapatkan rahangnya untuk menahan diri agar tidak merusak make up sempurna milik Fazura.

"Gimme a kiss baru kita berangkat." Bumi mengangkat rahangnya, Fazura menahan tawa melihatnya. Jiwa songong Bumi terasa jelas. Menyebalkan.

Cup.

"Udah ayo! Papi Mami udah sampe di sana pasti." Fazura melepas paksa tangan Bumi dari pipinya.

Bumi hanya tersenyum lalu menggenggam tangan Fazura dan pergi bersama.

•••

Sampai disebuah gedung hotel besar yang disewa dibagian atap dan lantai teratasnya, Bumi mengulurkan tangannya untuk membantu Fazura keluar dari mobil, tangan yang satunya melindungi kepala Fazura agar tidak terhantuk mobil.

"Kita gak terlambat, kan?" tanya Fazura menatap gedung didepan mereka.

Bumi tak menjawab, ia hanya memperhatikan Fazura yang entah mengapa sangat cantik hari ini. Tidak, maksudnya, biasanya Fazura memang cantik tapi saat ini cantiknya keterlaluan. Bumi tidak rela kecantikan Fazura di nikmati laki laki lain.

Fazura menoleh ketika tidak direspon, "Hey! Bengong aja. Ayo, kita ditungguin Mami tau!"

"Kita pulang aja, yuk? Lagian aku udah tau nilai aku yang tertinggi, jadi gak surprise lagi."

Fazura menatap Bumi bingung, "Kamu kenapa? Sakit?"

"Sakit hati aku kalau kecantikan kamu di nikmati orang orang nanti. Lagian sih kamu cantik banget, aku pusing." bibirnya mengerucut membuat Fazura menahan senyum lalu menggeleng.

"Kita ditungguin Mami Papi didalem, Bumi. Acara selesai kita langsung pulang, deh." Fazura akhirnya mengajak negosiasi.

Bumi terdiam sebentar kemudian mengangguk, "Tapi kamu gak boleh jauh jauh dari aku."

Fazura tersenyum, tangannya bergerak merapihkan kerah kemeja putih Bumi. "Iya, sayang."

"Huaaa.. Pulang aja, yuk?"

BUMI [Terbit]Where stories live. Discover now