⊳⊰ DUA PULUH EMPAT ⊱⊲

85.5K 9K 294
                                    

! Part yang sangat cringe !
•••

Tepat saat jarum panjang menunjuk ke angka 6, Bumi memasuki apartemen diiringi salam.

Ketika salamnya dibalas dengan suara dua perempuan, keningnya mengernyit dan cepat cepat menghampiri setelah melepas sepatu.

"Lah, Mami?" matanya melihat Mami Kiara duduk di sofa bersama Fazura. Di meja terdapat baskom plastik kecil berisi daun kangkung yang sudah selesai di petiki.

Kiara melihat anaknya sinis, "Udah punya istri kerjaannya masih main terus kamu, tuh."

Bumi mendengus pelan menghampiri Maminya lalu mengecup punggung tangan perempuan yang sudah melahirkannya ke dunia ini.

"Sebentar doang, Mi. Azura juga ngeizinin, kok." jawabnya sembari melepas kancing seragamnya hingga menampakkan kaus putih sebagai dalamannya.

Fazura tertawa kecil menyaksikan percakapan singkat antara Ibu dan anak.

"Tumben Mami main kesini," ucap Bumi diiringi tangannya mengambil toples kue kering buatan tangan Fazura.

"Papi mau main nanti malem, Mami bantuin Zura nyiapin makan malem nya."

Bumi mengernyit bingung. "Ngapain?"

"Ah, gak tau, Mami. Liat aja nanti."

Bumi menatap Fazura bertanya, Fazura yang menyadarinya hanya menggeleng tak tahu juga.

•••

Sejak kepala keluarga besar Bapak Arzelion menduduki sofa single apartemen Bumi, suasana terasa mencekam. Pembawaan Arzel yang sangat suram dan gelap membuat banyak pertanyaan.

Arzel berdeham, "Papi mau ngobrol sama Bumi, boleh?" kodenya melirik istrinya. Kiara mengangguk lalu membawa Fazura menuju kamar Bumi dan Fazura.

Tersisa lah Bumi dan Arzel sang Papi diruang tengah. Bumi menatap Papinya bertanya.

"Papi udah tau semuanya."

Bumi mengernyit dalam.
Semuanya? Tentang apa?

"Fazura bukan hamil anak kamu kemarin."

Deg.

Arzel menatap anak nya serius dan dalam, dalam benaknya bertanya tanya mengapa Bumi melakukan ini. Tapi...

"Papi gak marah, Papi malah bangga sama kamu. Kamu berhasil menyelamatkan perempuan walau masa depan kamu taruhannya. Anak Papi ternyata sudah besar," Arzel tersenyum singkat pada Bumi yang menatapnya terkejut. Apapun alasannya, Bumi anaknya memang selalu memiliki cara tersendiri.

"Maafin Bumi, Pi." Bumi menunduk merasa bersalah karena banyak berbohong.

Arzel mendekat dan mengacak puncak kepala Bumi sembari terkekeh. "Gak apa apa, Papi tetap mendukung kamu bersama Fazura. Dia bisa merubah kamu dengan baik."

Bumi mengangkat kepalanya tersenyum.

"Siap jadi penerus Arzelion?"

"Siap, Papi!"

Sedangkan di satu waktu dan satu atap, tepatnya dikamar Bumi.

Fazura dibawa ke balkon kamar untuk menikmati angin malam yang lumayan kencang diatas sini. Sedang asik menikmati angin yang berhembus, Fazura menoleh merasakan tangan hangat Kiara mengusap punggung tangannya yang ada diatas pembatas pinggir balkon.

"Mami senang bisa nyelametin kamu dari kerasnya dunia kamu, sayang." Fazura menerjap bingung.

Kiara merentangkan tangan sembari menatap Fazura sendu. Fazura pun masuk ke dalam pelukan Kiara dengan senang hati, merasakan hangatnya pelukan seorang Ibu yang tulus.

BUMI [Terbit]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin