⊳⊰ EMPAT PULUH ⊱⊲

59.5K 6.7K 103
                                    

Gak ada opening hari ini.

• ♥ •

Sejak sepulang bekerja, Bumi disambut hangat oleh Fazura. Perempuan itu bahkan tak ingin melepaskan pelukan Bumi.
Oh Bumi tahu, Fazura sedang mengidam memeluknya.

Kini diatas ranjang, lelaki dengan kemeja putih kantoran yang belum sempat ia ganti mengecup pucuk kepala Fazura yang wangi buah buahan. Tangannya mengusap perut Fazura dengan penuh kasih sayang.

"Bumi.."

"Hm?"

Kepala Fazura mendongak membuat Bumi menunduk untuk saling menatap. Seketika kening Bumi mengernyit melihat mata Fazura berkaca kaca.

"Aku dicakar Molmol." selesai mengadu, Fazura langsung menangis. Fazura mengangkat tangan kanannya memberitahu satu goresan panjang yang sudah mengering yang Fazura sembunyikan sejak tadi, ia takut dimarahi Bumi.

Bumi memegang tangan berkulit lembut tersebut dan ia usap usap goresan yang merusak kulit mulus istrinya.

"Masih sakit?" Fazura menggeleng, bibir bawahnya maju dan matanya berkaca kaca walau sudah berhenti menangis. Hal itu membuat Bumi menahan gemas.

Bumi mengecup luka gores Fazura dari ujung ke ujungnya. "Udah, gak apa apa." Bumi kembali memeluk kepala Fazura. "Molmol masih mencoba beradaptasi sama lingkungan barunya, sayang. Jangan diunyel unyel dulu, ya."

Bagimana tidak?
Molmol, kucing Persia berusia 6 bulan yang Bumi adopsi dari rumah hewan mahal dan jauh dari rumahnya. Ketika baru dikeluarkan dari pet carrier, Fazura langsung ingin menggaruk bagian sensitif para kucing yaitu bagian perut. Untungnya Bumi langsung menghalangi Fazura saat itu.

Entah apa yang dilakukan wanita hamil itu ketika hanya ditinggalkan dengan kucing yang belum nyaman dengan sekitarnya. Sejujurnya Bumi sudah menebak akan ada hal seperti ini.

"Bumi gak marah?"

Bumi terkekeh kecil seraya menyisir rambut panjang Fazura dengan jari jari panjangnya. "Enggak, sayangku. Lain kali hati hati, ya?"

Fazura mengangguk dan keduanya pun menikmati sesi cuddle mereka tanpa mempedulikan langit yang semakin gelap.

•••

Sedangkan disatu waktu dilain tempat tepatnya cafe Ilora yang sedang ramai.

Saking asiknya dua orang yang sedang di mabuk cinta ini tidak menyadari bahwa awan gelap pembawa badai sudah mengerubungi kota mereka.

Hingga sebuah kilat menyala yang membuat segala tempat terang disusul dengan petir mengejutkan berhasil membuat Ilora dan Rangga keluar dari topik sederhana yang tengah mereka bicarakan.

"Wah.. Udah gelap banget," ucap Rangga melihat kearah jendela kaca yang langsung menunjukkan jalanan besar yang sedang lenggang.

Rangga kembali menatap Ilora yang juga sedang menatap jalan.
"Cafe lo tutup jam berapa?" tanya Rangga sebelum menghabiskan Americano nya.

"Biasanya malem, jam sembilan-an." Rangga mengangguk paham.

Tak lama hujan pun mengguyur kota Brussel dengan derasnya, sesekali gemuruh petir menggetarkan kaca kaca yang ada didalam cafe Ilora.

BUMI [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang