⊳⊰ EMPAT PULUH EMPAT ⊱⊲

50.9K 6.3K 277
                                    

Ketik 0 bila kamu ingin Ra semakin rajin up.

Btw part ini bener bener gak jelas banget, aku gak boong. Aku gak pernah bisa nyelesain konflik, please aku minta maaf.
Selamat membaca!

----

Brak.

Suara gebrakan keras berasal dari Bumi yang mendobrak kamar Bian. Bumi, Chery dan dua petugas kepolisan tengah berada di sebuah mansion yang diarahkan oleh Chery.

Setelah pintu terbuka hasil mendobrak, yang didapati mereka adalah kamar yang kosong. Chery menutup mulutnya terkejut.

"T-tapi gue gak bohong, Fazura disini sama Bian." Chery menunjuk kamar besar bernuansa eropa modern itu.

Nafas Bumi tercekat mencoba menghalau segala kemungkinan terburuk yang lewat di pikirannya.

"Bisa jadi Bian udah bawa Fazura kabur." Bumi mengangkat kepala mendengar penuturan Chery.

Chery mengangguk, "Cuma satu tempat yang gue tau tapi Bian biasanya disana. Apartemen Bian."

"Kita kesana sekarang!" Bumi berlari menuruni tangga lebih dulu disusul orang orang dibelakangnya.

•••

Helaan nafas dilakukan lelaki darah Australia setelah mengamankan diri.

Firasatnya mengatakan sesuatu yang sedang terjadi di mansionnya.
Chery yang melarikan diri sudah pasti melakukan yang perempuan itu inginkan sebelumnya, mengadu. Jadilah Bian membawa perempuannya ke tempat pribadinya, unit apartemennya yang nyaman.

Matanya tak lepas memandang wajah cantik Fazura yang masih memejamkan mata dibawah pengaruh bius yang diberikannya sebelumnya. Ia tahu itu berbahaya untuk Fazura dan bayinya sendiri, tapi Bian harus melakukannya agar Fazura tetap menjadi miliknya.

"Aku sayang banget sama kamu, Zura." tangan Bian bergerak mengusap kepala Fazura. Ia tak tahu kenapa ia bisa menyukai Fazura, ia juga tak tahu bagaimana ia bisa memilih Fazura yang tengah mengandung itu sebagai pujaan hatinya.

Tapi sejauh ini, semua yang seorang Verbian inginkan pasti Verbian dapatkan. Ia hidup didalam keluarga yang sangat bergelimpang harta, tak heran semua yang diinginkannya ia dapatkan.

"Kamu pasti jadi milik aku." Bian tersenyum kecil lalu melanjutkan, "Kalaupun gak jadi milik aku, aku lebih baik mati."

Senyum Bian melebar melihat mata Fazura terbuka pelan pelan. Tangan Bian langsung menggenggam tangan Fazura dengan kehangatan hangat.

Fazura langsung bersitatap dengan Bian.
Rasa takut kembali melingkupi hatinya.
Ia takut pada Bian sekarang.

"Tidur nyenyak, sayang?" tanya Bian sembari jari panjangnya membelai pipi putih Fazura.

Fazura menjauhkan kepalanya. Sungguh, kepalanya pusing karena pengaruh bius yang masih ada didalam dirinya, rasanya Fazura lemas.

"Apa yang didalam sini juga udah bangun?" Bian bertanya seraya tangannya berpindah ke perut Fazura. Fazura langsung menukik alis tak suka.

"Jangan sentuh." lirihnya yang masih lemas.

Bian tak mendengarnya, tangan lelaki itu sudah mengusap perut Fazura. "Bayi kita sehat, kan?"

BUMI [Terbit]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora