⊳⊰ TIGA PULUH TUJUH ⊱⊲

59.8K 6.8K 92
                                    

Kalo cape bilang cape.

› • › • › • › • › • › • › • ›

"Ilora, aku 'kan mau liat kucing Bian. Kok gak boleh?" Fazura melengkungkan bibirnya kebawah, rautnya terlihat sedih bercampur kesal.

Ilora melirik kearah pintu ruangan pribadinya. Ia menarik Fazura sampai sini.
"Heh! Gue bisa bisa diomelin laki lo, Kak! Bumi nitipin lo ke gue tadi." Ilora menjawab dengan tersungut. Kesal karena mendengar jawaban polos kakak kelasnya ini saat benar benar menerima ajakan Bian. Untung Ilora sempat menguping walau agak jauh.

Fazura mengerucutkan bibir. "Aku cuma mau liat kucing."

Ilora menarik nafas sabar.
"Ya seenggaknya lo izin dulu deh ke Bumi. Telpon Bumi sekarang baru lo boleh ikut tuh bule." ujarnya seraya memberikan ponsel Fazura yang ia pegangi.

Fazura menggeleng cepat, "Nanti gak dibolehin Bumi."

"Ya itu lo tau!" Ilora meremas tangannya didepan wajah Fazura karena gemas. Rasanya Ilora ingin jingkrak jingkrak didepan wanita hamil ini.

Ilora berkacak pinggang menatap Fazura, "Lo disini dulu, deh. Selesai urusan gue didepan, gue anterin lo balik."

Fazura berdeham pelan kemudian menyuarakan sesuatu.

"Pinggang aku pegel, aku mau tiduran. Boleh?" Ilora mengangguk lalu mengarahkan Fazura menuju ruangan pribadinya yang berisi ranjang yang cukup ditempati satu orang, papan planing cafenya dan rak dua kotak yang berisi pakaian cadangannya.

Fazura menduduki ranjang Ilora dan menatap Ilora. "Makasih, Ilora. Maaf aku nyusahin."

Ilora terdiam lama kemudian menggeleng. "Santai, Kak. Gue tinggal, ya?" Fazura mengangguk.

Ketika Ilora keluar dari ruangan tersebut, Fazura pun merebahkan dirinya yang sebenarnya terasa lelah. Pinggangnya pegal sekali.

Ia mengeluarkan ponselnya kemudian menekan ikon panggilan video pada roomchat Bumi.

Fazura merapihkan poninya yang sudah tersingkap keatas lalu tak lama wajah Bumi terlihat.

"Halo, cantik!"

Fazura tersenyum lebar. Rasanya ia selalu merindukan wajah Bumi.

"Bumi, aku kangen." ungkapnya tanpa disembunyikan.

Bumi terlihat menahan senyum. "Padahal belum ada dua jam aku tinggal. Anak Papa kangen mulu, nih."

Fazura memajukan bibir bawahnya, "Bukan baby yang kangen, aku!" sungutnya.

Bumi tertawa, "Iya iya, Mamanya kangen si Papa mulu, ya? Nanti aku jemput jam empat ya, cinta. Tapi kerjaan aku dikit lagi selesai, sih."

"Yaudah, lanjutin dulu kerjaan kamu. Aku ngantuk, mau bobo."

"Keren juga cafe Ilora ada tempat tidurnya. Yaudah kalo gitu, tidur nyenyak. I love you."

BUMI [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang