⊳⊰ DELAPAN ⊱⊲

113K 12.1K 306
                                    

"Bumi!!" teriakan melengking Mami Kiara terdengar dari dalam kamar. Fazura yang ada didepan nya sampai memejamkan mata kuat.

Setelah teriakan itu datanglah dua laki laki beda generasi namun berwajah mirip. Arzel dan Bumi.

"Apa, Mi?" tanya nya polos menatap Mami nya.

Kiara maju mendekati Bumi lalu tangan nya menarik telinga anak nya dengan keras.

"Mami bilang apa tadi? Belum sah! Masih kurang kamu ngehamilin Fazura sampe mendekati waktu nikah pun di cicip juga?!"

Bumi meringis memegangi tangan Kiara yang ada di telinga nya.

"Sakit, Mami." Fazura yang melihat sampai ikut meringis.

Arzel berkacak pinggang, matanya menatap Fazura lebih tepatnya pada tanda kemerahan di sekitar leher putih perempuan itu yang sangat kontras. Ia menggeleng menyadari betapa ganasnya anak nya kalau didiamkan lebih lama.

"Udah, Mi." titah Arzel. Kiara mendengus kesal lalu melepas tangannya dari telinga anak nya yang sudah memerah.

Bumi memegangi telinganya yang terasa panas dan sedikit nyeri. Tarikan Kiara tidak main main rasanya.

Arzel menatap Bumi dengan mata tajam.
"Ini yang Papi takutkan. Kamu aja masih pacaran berani ngehamilin, bener 'kan sebelum nikah pun kamu masih gak bisa tahan." Bumi menundukkan kepala masih dengan tangan ditelinga.

"Papi sudah putuskan, awalnya kalian akan dinikahkan lusa tapi melihat kejadian ini, persiapkan diri kalian besok." jelas semua terkejut mendengarnya. Arzel berkata dengan wajah serius tanpa ada kata canda.

Kiara menghampiri suami nya. "Papi, apa gak keterlaluan? Kenapa gak sekarang aja?" tambah nya semakin gamblang.

Fazura dan Bumi membulatkan mata.

Arzel mengangguk seolah menyetujui namun Bumi dengan cepat menyela. "Besok aja, Pi, Mi. Bumi bisa tahan kalau nikahnya besok."

"Janji?" Arzel melayangkan jari telunjuknya didepan wajah Bumi. Bumi mengangguk sembari menurunkan tangan Arzel dari depan wajah tampannya.

Kiara menghela nafas menatap Bumi. Ia berharap agar Bumi bisa bertahan sehari saja.

Kiara mendekati Fazura lalu merangkul tangan perempuan muda itu. "Ayo, kita belum cobain kebaya nya." Kiara menoleh menatap dua laki laki yang masih ditempat.

"Ngapain? Sana keluar."

Setelah dua laki laki tadi keluar, Kiara mengambil beberapa kebaya putih kepunyaannya yang telah ia siapkan diatas ranjang. Kiara mengangkat satu kebaya dan ia cocokkan dengan badan Fazura, kemudian kepalanya menggeleng merasa kurang pas. Untuk Fazura yang tengah mengandung, ini terlalu kecil.

Kiara mengangkat satu yang lain, kepalanya di miring kan merasa cocok namun kepalanya menggeleng juga, merasa terlalu besar untuk tubuh Fazura yang mungil.

Fazura yang dijadikan objek hanya diam.

Kiara memasang kan satu lagi kemudian alisnya terangkat senang. Ini cocok.

"Kamu cobain ini, sayang." Kiara memberikan kebaya sederhana pilihan pada Fazura. Fazura menerimanya lalu menatap sekitar, ia bingung ingin mencoba dimana.

"Di kamar mandi aja, Mami tunggu di sini." Fazura mengangguk lalu pergi kekamar mandi yang ditunjuk Kiara.

Beberapa menit lamanya terlewatkan, Kiara yang tengah menunggu akhirnya mengetuk pintu kamar mandi.

"Bisa pake nya, gak?"

"Bisa, Tante." jawab Fazura membuat Kiara merasa lega. Ia hanya takut terjadi sesuatu pada calon menantunya.

BUMI [Terbit]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt